" Allah menguji keikhlasan hati kita bila kita bersendirian, Allah memberi kedewasaan bila kita ditimpa masaalah, Allah melatih kita dengan kesabaran dalam kesakitan, Allah tidak pernah mengambil sesuatu yang kita sayang kecuali dengan menggantikannya dengan yang lebih baik " (",)
Isnin, 28 Februari 2011
KISAH PERJALANAN CINTA ...
oleh Abdurrahman Siddiq
Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
***
Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia...
Pernikahan kami sederhana namun meriah...
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.
Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...
Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci...
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.
***
Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.
Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…
Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.
Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.
Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …
“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”
Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
***
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”
Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”
Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”
“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.
“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.
”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.
Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.
***
Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.
Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..
Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..
Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.
Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.
Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..
Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.
***
Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?
Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.
Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.
Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.
***
Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.
“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.
“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”
Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.
Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.
Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..
***
Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.
Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.
Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.
“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?
“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.
Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
”Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”
Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”
”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku.
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”
Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang
Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.
***
Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”
Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap?”
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.
Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…
“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.
Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita liat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”.
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.
Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.
Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.
***
Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?
Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.
Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.
“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..
Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”
”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.“
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.
***
Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”
“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.”
***
Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.
Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela.
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum ajal ini menjemputku.
Ayah.. aku kangen ayah..
=====================================================
Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.
Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah Sayang Bunda..
***
http://www.facebook.com/note.php?note_id=171375359576387&id=100000945144492
Selasa, 22 Februari 2011
Doa Wehdah Penggentar Musuh Pengukuh Jiwa
Tiada Tuhan yang disembah selain ALlah
Tuhan yang Maha Esa
dan kami berserah kepadaNya
Tiada Tuhan yang disembah selainNya
kami tidak menyerah selain kepadaNya
kami mengikhlaskan tunduk kepada Nya
walaupun dibenci oleh org musyrik
Tiada Tuhan selain Allah
Tuhan kami dan Tuhan nenek moyang kami
yang terdahulu
Tiada Tuhan yang disembah selain Allah
Tuhan yang Esa,Tuhan yang Esa,Tuhan yang Esa
Dia telah menunaikan janjiNya
Dia telah memenangkan hambaNya
Dia telah memuliakan tenteraNya
dan Dia telah mengalahkan musuhNya berseorangan
Bagi Allah segala kerajaan,bagi segala pujian
Dia yang menghidupkan dan mematikan
Dia yang mematikan dan menghidupkan
sedangkan Dia Maha Hidup dan tidak mati
Dalam segala kekuasaan dan kebajikan
dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu
Allah Maha Besar
Khamis, 3 Februari 2011
MEREKA BERBICARA MENGENAI CINTA!!!!
Assalamu’alaikum…
Alhamdulillah, dulu, kini dan selamanya marilah kita mengucapkan setinggi-tinggi kesyukuran kepada Allah s.w.t kerena dengan kesempatan waktu yang diberikan-Nya buat aku dan kalian dapat sama-sama kita bertemu dalam ruangan sesawang yang bernama blog ini. Selawat dan salam juga kepada junjungan Besar kita Nabi Muhammad s.a.w yang juga Penghulu Murabbi kepada Murabbi kita yang lain dan juga merupakan Sang Pencinta yang hebat berbanding sang Pencinta yang lain.
Cinta itu satu kalimat yang Besar dan Agung pada kedukukannya, Cinta merupakan satu gelombang yang tidak akan pernah berhenti dan putus dalam penyebarannya. Gelombang yang membawa wadah pertalian yang utuh dan kuat pada kedudukan yang tersendiri bahkan dengan dedalu serpihannya sahaja dapat membawa sang pencinta itu terlara dengan panahan cinta. Cinta itu dapat menukarkan yang kecil menjadi besar, Si Tuan menjadi hamba yang setia, yang daif menjadi kaya dan yang kaya menjadi daif. Cinta juga membawa yang pudar menjadi berwarna, yang berwarna menjadi berseri indah dan yang berseri indah menjadi bercahaya terang benderang. Cinta itu adalah suci dan dapat mengolah sesuatu yang mungkin tidak pernah terfikir dan dibuat mereka yang lain yang pernah wujud di dunia ini yang mengkin mencipta sejarahnya yang tersendiri.
Lembaran Kalimat cinta ini lebih tinggi dari kasih sayang. Setiap manusia itu mesti ada dan akan ada sejarah cintanya sendiri. Bahkan bagi kita orang yang beriman kepada Allah dan Rasul, perkataan cinta itu sudah semestinya telah lama bertapak di hati dan sanubarinya, iaitu cinta pada Allah selaku pencipta dan Rasulullah s.a.w selaku pembimbing yang unggul. Cinta merupakan satu perasaan yang lahir dari pengharapan dan penghargaan serta kasih sayang kepada yang teristimewa. Cinta itu adalah suci dan murni jika cinta itu diletakkan pada tempatnya yang sebenar. Bahkan sudah banyak cinta yang dianggap suci itu telah dinodai pada hakikatnya dan perkataan suci itu hanya tinggal pada namanya. Cinta yang sebeginilah ramai yang menyatakan sebagai cinta buta. Cinta yang letakknya pada tempat suci adalah meletakkan kecintaan pada satu matlamat iaitu menuju kearah keredaan dan Rahmat dari pencipta cinta itu sendiri iaitu Allah s.w.t.
Menurut buku yang baru dibaca yang berjudul “Ya Allah Aku tudak layak untuk syurga-Mu, Namun Aku juga takut Azab Neraka-Mu “, Ungkapan cinta dan definisi cinta begitu banyak. Ada yang bercakap berdasarkan prinsip bahasa, ramai yang bercakap pengalaman hidup dan tahap kerohaniannya dalam memahami cinta. Di antara yang bercakap berdasarkan bahasa mengatakan bahawa hubb (Cinta) adalah gelembung yang terbentuk di atas permukaan air hujan lebat. Jadi, adalah mengelembungnya hati sedangkan ia dahagakan untuk segera bertemu dengan si kekasih pujaan hati.
Dikatakan Hubb bersumberkan dari dasar perkataan yang memiliki makna keteguhan dan kemantapan. Dikatakan ahabbal ba’ir untuk menggambarkan seekor unta yang berlutut dan tidak mahu bangkit lagi, seakan-akan si pencinta (muhibb) tidak akan menggerakkan hatinya kerana selalu mengingati si kekasih (mahbub) Ada yang mengatakan pula bahawa hubb berasal dari perkataan hibbah yang bermakna biji-bijian dari padang pasir. Cinta dinamakan hubb kerana ia adalah lubuk kehidupan seperti hubb sebagai benih tumbuh-tumbuhan.
Dikatakan juga hubb adalah keempat sisi tempat air dan Cinta dinamakan hubb kerana ia memikul beban dari yang dicintai dari segala perkara yang luhur.
Dikatakan juga bahawa hubb berasal dari hibb, iaitu tempat yang di dalamnya ada air dan apabila ia sudah penuh, tidak ada tempat baginya yang lainnya. Demikian juga halnya, apabila hati meluap-luap dengan perasaan cinta tidak ada tempat bagi yang lain selain si kekasih.
Begitulah beberapa definisi cinta dari segi bahasa yang dipetik dari kitab Risalah al-Qusyairiyyah karangan Imam Al-Qusyairi an-Naisaburi. Manakala definisi cinta menurut para para tokoh sufi juga bayak diambail dari kitab ini. Abu Yazid al-Busthami mengatakan, Cinta adalah membebaskan perkara sebesar apa pun yang datang dari dirimu dan membesar-besarkan perkara kecil yang dtang dari kekasihmu.
Sedangkan, Syeikh Abu Ali al-Daqqaq berkata, “ Cinta adalah kenikmatan tetapi kedudukan hakikatnya adalah kedasyatan. “ Beliau juga mengatakan jika seluruh cinta dikumpulkan pada seorang manusia, maka cinta itu masih sangat jauh dari yang seharusnya dipersembahkan pada Allah s.w.t. Tidak dapat dikatakan, “ Orang ini telah melampaui semua batas dalam mencintai Allah. “
Abu bakar Al-Kattani pernah berkata, “ Persoalan Cinta telah dibincangkan oleh syeikh di Mekak smasa musim haji. Junaid al-Baghdadi adalah salah seorang pemuda yang pernah hadir dalam pertemuan besar itu. Sebahagian pengikut memanggilnya dan bertanya, “ wahai orang Iraq, katakanalah kepada kami pendapatmu tentang cinta: “ junaid menundukkan kepalanya sambil menangis, kemudian beliau menjawab, “ Cinta adalah seorang pelayan yang meninggalkan jiwanya dan meletakkan dirinya untuk berzikir pada Tuhannya, mengukuhkan diri dalam melaksanakan semua perintah-Nya dengan kesedaran yang berterusan di mana Dia berada di dalam hatinya. Cahaya-Nya membakar hatinya dan dia turut meminum minuman suci dar cangkir cinta-Nya. Yang Maha Kuasa berkata padanya dari tabir alam ghaib-Nya sehingga apabila bercakap, dia bercakap dengan Perintah-Nya dan apa yang dikatakannya adalah dari Allah, dan apabila dia diam, maka diamnya itu bersama Allah. Dia akan selalu melakukan kerana Allah, untk Allah dan selalu bersama Allah. “ mendengar kata-kata pemuda itu, Semua syeikh menagis dan berkata, “ Tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Semoga Allah menguatkanmu, wahai mahkota para arifin. “
Indah kata-katanya yang lahir dari hati sang pencinta yang tulus dan ikhlas. Manakala apabila Rabi’ah Adawiyyah, suatu masa ditanya soal cinta. Beliau berkata, “ Sesungguhnya, antara orang yang mencintai dan dicintai tidak ada jarak. Cinta adalah kata-kata mengenai kerinduan dan menerangkan mengenai perasaan. Sesiapa yang merasakan cinta, bermakna telah mengenalinya; sesiapa yang menerangkan sesuatu, padahal ia sendiri ghaib dari sisi-Nya dengan kewujudan dan kehadiran-Nya, maka ia baijak; dalam sedar dia mabuk; untuk memberi sepenuh perhatian pada-Nya, ia sudah penuh; dalam bergembira dengan-Nya ia bingung, kehebatan-Nya menjadikan lidah kelu untuk menyebutnya; kehairanan menjadikan akal buntu untuk mengakui; kenbingungan menjadikan hati terhenti untuk menyatakan. Di san, hanya kebingungan yang abadi, hati yang lemah dan rahsia yang sempurna, sedangkan cinta dengan segala kekuasaannya merupakan penentu dalam hati. “
Keindahan Cinta yang menyelubungi hati Rabi’ah membawanya kepada lorekkan syair yang sangat indah:
Gelasku, anggurku dan teman minumanku ada tiga
Dan, aku yang dirundung rindu cinta adalah yang keempat
Gelas kegembiraan, kenikmatan mengelilinginya
Tiba-tiba orang yang diajak minum di telaga mengikutina
Bila aku memandang
Tiada kulihat kecuali milik-Nya
Wahai orang yang mencelaku
Aku mencintai keindahan-Nya
Demi Allah, telingaku bukan untuk mendengar celaanmu
Berapa kali aku terbakar dan harapanku sia-sia
Yang mengalirkan air mataku
Kesedihanku tiada meningkat
Hubunganku tiada tersisa
Dan mataku yang terluka tidak tidur
Manakala ibnu Qayyim berkata apabila ditanyakan kepadanya tentang cinta, “ Tidak ada batas cinta yang lebih jelas daripada perkataan cinta itu sendiri, membatasinya jelas hanya akan menambah kekaburan dan hambar maknanya. Maka, batas dan penjelasan cinta tersebut tidak dapat dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan perkataan cinta itu sendiri. “
Itulah rahsia cinta, cinta menjadikan yang jauh menjadi dekat, yang sakit menjadi sihat, yang terluka menjadi sembuh,yang berat menjadi ringan, yang pahit menjadi manis dan yang lemah menjadi kuat.
Ali bin Abi Talib pernah berkata, “ Jika kita mencintai Allah, maka Allah sendiri yang akan membalasnya. “ itu bermakna, setaiap kali seseorang mencintai Allah dengan ikhlas, lalu mengharapkan pertolongan dan bantuan-Nya, maka Allah akan membantunya. Setap kali dia berdoa, dengan segera Allah mengabulkan doanya.
Firman Allah s.w.t dalam Al-Quran :
“ Dan Tuhan kamu berfirman : Berdoalah kamu kepada-Ku nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat dan berdoa kepada-Ku, akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina. “ ( Surah Al-Ghafir : 60)
Pernah pada suatu hari Ibraham bin Adham ditanya, “Mengapa doa kali tidak dikabulkan Allah s.w.t, padahal Dia telah berfiramn, “ Berdoalah pada-Ku, maka Aku akan perkenankan Doamu. “
Ibraham menjawab, “ Kerana, hati kamu semua mati dari mencintai Allah. “
“Apa yang dapat mematikannya? “
“ ketahuilah, yang dapat mematikan hati kamu semua itu ada lapan perkara. Kamu semua mengetahui hak Allah tetapi tidak melaksanakan hak-Nya. Kamu semua membaca Al-Quran, tetapi hanya pada mutut sahaja tidak pernah kamu semua berusaha mengamalkannya. Kamu semua mengatakan cinta pada Rasulullah tetapi tidak mangamalkan sunnahnya. Kamu semua takut mati tetapi kamu semua tidak menyediakan diri untuk menghadapinya. Allah s.w.t berfirman, “ Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, mak jadikanlah ia musuhmu ”, tetapi kamu semua menyokongnya. Kamu semua takut akan api neraka tetapi kamu semua mencampakkan jasad kamu semua di dalamnya. Kamu semua cinta pada syurga, tetapi kamu semua tidak berusaha untuk mendapatkannya. Dan apabila kamu semua berdiri, maka kamu semua melemparkan aib kamu semua di belakang, lalu kamu semua jaja aib orang lain, dengan demikian kamu semua menjadikan Allah murka, maka bagaimana mungkin Dia mengabulkan doa kamu semua ? “
Cinta yang hakiki dan abadi hanyalah milik Allah s.w.t, jika mereka yang disanjung tinggi dan mungkin lebih mulia dari diri kita ini masih mencari dan berbicara cinta yang berpeluh untuk Allah s.w.t, mengapa kita pada hari ini masih mengagungkan cinta sesama manusia. Pencarian cinta sesama manusia itu tidak salah, tapi adalakah cinta kita kepada Allah s.w.t sudah tersemat kukuh dalam hati dan sanubari kita?
Mudah-mudahan Cinta kita Pada Allah s.w.t kian berpeluh kerinduan sebagaimana cintanya Baginda s.a.w kepada Allah s.w.t…
Amin Ya Rabb InsyaAllah….
Sahabat Sejati?
Assalamu’alaikum….
Alhamdulillah, Allah s.w.t masih mempertemukan aku dan kalian dengan diberi kesempatan waktu dan ruang untuk kita sama-sama berkongsi pengalaman dan nasihat dalam laman sesawang yang bernama Blog ini.
Kali ini aku sebenarnya kehausan idea untuk berkongsi sesuatu dengan kalian. Mungkin kerana akhir-akhir ini agak sibuk dengan sesuatu yang baru buat diri aku sendiri disamping dengan pelajaran. Sesuatu yang baru disini bukan lah sesuatu yang janggal buat aku, tetapi ianya adalah merupakan satu kaedah atau pendekatan yang baru yang harus aku belajar dan belajar. Sekali aku belajar mengenainya sekali lagi perkara baru bahkan banyak lagi yang dapat muncul darinya. Indah ilmu Allah s.w.t, diberinya sedikit tapi yang sedikit itu dapat berkembang dengan izin-Nya.
Mujurlah dalam keletihan aku dalam seharian, aku punya sahabat-sahabat yang juga letih. Aku suka tengok sahabat –sahabat letih jika disaat aku letih kerana dia mungkin adalah sahabat sejati. Sahabat sejati adalah sahabat yang senang, susah, sakit, pahit, gentir, gelisah dan sebagainya adalah bersama, bukan mudah nak cari tapi tidak mustahil. Sahabat sejati bukan boleh dinilai dengan perbuatan sementara sahaja tapi perlu dinilai dengan perbuatan rutin dia. Penjelasan untuk Kes ini ak titipkan dalam bentuk penceritaan yang diperolehi dalam pembacaan buku baru-baru ini. kisahnya menarik dan penuh pengajaran.
Dahulu, di tanah Kurdistan, ada seorang raja yang adil dan soleh. Dia memiliki seorang anak yang cerdas, tampan dan berani. Saat-saat yan menggembirakna bagi si raja adalah ketika dia mengajarnya anaknya membaca Al-Quran, lalu menceritakan kisah-kisah kepahlawanan para penglima dan tenteranya di medan pertempuran.
Putera rajaitu bernama Said. Said sangat gembira mendengar kisah diceritakan oleh ayahnya. Said aka merasa marah apabila sedang mendengar cerita dari ayahnya, ytiba-tiba ada orang yang memutusnya. Kadang kala, ketika ketika sedang asyik mendengar ceita ayahnya, tiba-tiba pengawal masuk untuk memberitahu yang ada tetamu penting yang harus ditemui. Si raja tahu apa yang dirasakan oleh anaknya. Maka, dia menasihati pada anaknya, “ Said, sudah tiba masanya kamu mencari sahabat sejati yang setia dalam suka mahupun duka. Sahabat yang baik yang membantumu untuk menjadi orang yang baik. Sahabat sejati yang dapat kamu sayangi untuk mendapatkan syurga-Nya. “
“ Apa maksud ayang dengan sahabat yang dapat disayangi untuk mendapat syurga-Nya? “ tanya Said.
“ Dia adalah sahabat sejati yang benar-benar mahu bersahabat denganmu bukan kerana darjatmu tetapi kerana kemurnian kasih sayangnya yang lahir dari keikhlasan hati. Dia menyanyangimu kerana Allah. Dan di atas dasar itu, kamu pun dapat menyanyanginya dengan penuh keikhlasan kerana Allah. Kekuatan kasih sayang kam dan sahabat mu itu akan melahirkan kekuatan yang dasyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan kasih sayang itu juga akan bersinar dan membawa kamu dan sahabatmu itu masuk ke syurga. “
“ Bagaimana caranya mencari sahabt seperti itu, ayah? “
Ayahnya menjawab, “ Kamu harus menguji orang yang hendak kamu jadikan sahabat. Ada satu cara menarik untuk menguji mereka. Jemputlah sesiapa yang kamu anggap sesuai menjadi sahabatmu untuk makan sarapan dsini, di istana kita. Jika sudah sampai di sini, lambatkan waktu menyajikan makanannya. Lihatlah apa yang kemudian mereka lakukan. Ketika itu, rebuslah tiga biji telur untuknya, lalu lihatlah apa yang mereka lakukan! Itu cara mudah bagimu, syukurlah jika kamu dapat mengetahui perilakunya lebih dari itu. “
Said gembira mendengar nasihat tersebut. Dia pun mengamalkan cara yang telah diberitah oleh ayahnya yang sungguh aneh itu. Mula-mula, dia menjemput anak-anak pembesar kerajaan seorang demi sorang. Sebahagian besar mereka marah-marah kerana hidangannya tidak juga keluar-keluar. Bahkan ada yang pulang tanpa mengucapkan terima kasih dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja dan ada yang melontarkan kata-kata yang tidak seharusnya, memaki-maki kerana makanannyalambat sekali dihidangkan.
Di antara sahabat putera raja itu, ada yang bernama Adil, anak seorang menteri. Said melihatnya seperti seorang yang baik hati dan setia. Maka, dia ingin mengujinya. Dijemputlah Adil untuk bersarapan pagi. Adil memang lebih sabar jika dibandingkan dengan mereka yang lain yang sebelumnya. Dia menunggu keluarnya hidangan dengan setia. Setelah dirasai memadai, Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga biji telur rebus. Melihat itu, Adil berkata, “ Hanya ini ke sarapan kita? Ini tidak cukup untuk mengisi perutku! “
Adil tidak mahu menyentuh telur itu. Dia pergi begitu sahaja meninggalkan Said sendirian. Said diam sahaja, dia tidak perlu minta maaf pada Adil kerana memperkecilkan makanan yang dia rebus denag kedua belah tangannya. Dia faham bahawa Adil tidak berlapang dada dan tidak sesuai untuk dijadikan sahabat sejati.
Pada hari berikutnya, dia menjemput anak seorang saudagar paling kaya. Tentu sahaja, anak saudagar itu sangat gembira mendapat jemputan sarapan pagi dari putera raja. Pada malam harinya, dia sengaja tidak makan agar pada paginya dapat makan dengan banyak. Dia membayangkan makanan putera raja pasti enak dan lazat.
Awal-awal lagi anak saudagar kaya itu telah datang menemui Aid. Seperti mereka yang sebelumnya, dia harus menunggu lama sehingga makanan keluar. Akhirnya, keluarlah piring dengan tiga biji telur rebus.
“ Ini makanannya, saya kedalam dahulu mengambil air minuman, “ kata Said meletakkan piring di atas meja, lalu dia masuk kedalam.
Tanpa menunggu lagi, anak saudagar it uterus melahap satu per satu telur rebus itu. Tidak lama kemudian, Said keluar dengan membawa dua gelas air kosong. Dia melihat pada meja, ternyata tiga biji telur itu telah lenyap. Dia hairan.
“ Mana telurnya? “
“ Telah aku makan. “
“ Semuanya? “
“ Ya, habis aku sangat lapar. “
Melihat peristiwa itu, Said terus tahu bahawa anak saudagar itu juga tidak boleh dijadikan sahabt setia. Dia tidak dapat merasakan suka dan duka bersama keran Said juga belum makan apa-apa.
Said merasa marah dengan mereka yang telah dijemputnya disekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Bukan sahabat setia. Mereka tidak layak dijadikan sebagai sahabat sejatinya. Akhirnya, dia meminta izin dari ayahnya untuk pergi mencari sahabt sejati.
Mulailah Said mengembara dari kampung ke kampung untuk mencari sahabat yang baik. Sehinggakan akhirnya, pada suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan budak yang merupakan seorang pencari kayu yang berpakaian sederhana. Said mengikuti budak itu dari tempat kayunya dipungut hinggalah kepondoknya. Said memerhatikan budak itu mengambil wuduk dan menunaikan solat dhuha 2 rakaat. Selepas selesai solat, Said menyapa budak itu, “ Sahabt, namaku Said. Jika boleh, siapa namamu dan kamu tadi solat apa? “
“ Nama aku Abdullah. Tadi itu solat Dhuha. “
Lalu, Said meminta anak itu agar bermain-main dengannya dan menjadi sahabatnya. Namun, Abdullah menjawab “ Ku fikir kita tidak sesuai menjadi sahabt. Kamu anak orang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku anak orang miskin, anak seorang pencari kayu api. “
Said mejawab, “ Tidak baik kamu berkata begitu. Mengapa kamu membeza-bezakan orang ? Semuanya adalah hamba Allah. Semuanya sama, hanya orang yang bertakwa yang menjadikan orang mulia di sisi Allah. Adakah aku kelihatan seperti budak jahat sehingga kamu tidak mahu bersahabat dengan ku. Mengapa kita tidak cuba dahulu buat sementar? Kamu nanti dapat menilai aku samaada sesuai atau tidak menjadi sahabatmu. “
“ Baiklah jika begitu, kita bersahabat dengan syarat hak da kewajipan kita sama sebagai sahabat yang seia sekata. “
Said bersetuju dengan syarat anak pencari kayu itu. Sejak hari itu mereka bermain bersama, pergi kehutan bersama, memancing bersama dan memburu arnab bersama. Anak tukan kayu itu mengajarnya berenang sungai dan mengajarnya memanjat pohon di hutan. Said gembira sekali berkawan dengan anak yang cerdas, rendah hati, lapang dada dan setia. Akhinya, dia kembali ke istana dengan hati gembira.
Kemudian, suatu ketika budak miskin itu dijemput ke istana. Di istana, dia ihidangkan dengan tiga biji telur sebagai ujian, sebagaimana dilakukan kepada sahabatnya yang lain.
Said memersilakan sahabtnya itu makan. Anak pencari katu itu mengambil sebijik, lalu mengupas kulitnya dangan perlahan-lahan. Sedangkan Said mengupasnya dengan cepat dan memakannya. Dengan sengaja Said mengambil telur yang ketiganya, mengupasnya dengan cepat dan melahapnya. Sahabatnya telah selesai mengupas telur yang ada padanya. Said ingin melihat apa yang akan dia lakukan dengannya.
Budak miskin itu mengambil pisau yang berhampiran, lalu membelah telur menjadi dua, separuh dia pegang dan separuh lagi dia berikan pada Said. Tidak ragu-ragu lagi, Said menangis terharu. Said lalu memeluk anak pencari kayu api itu erat-erat sambil berkata, “ Kamu sahabat sejatiku! Kamu sahabat sejatiku! Kamu sahabatku masuk syurga! “
Sejak saat itu, keduanya bersama dan bersahabat dengan sangat akrabnya. Mereka saling hormat menghormati kerana Allah. Setelah bulan bergilir bulan dan tahun bergilir tahun akhirnya mereka berdu dah dewasa. Raja yang adil telah meninggal dunia dan akhirnya Said diangkat menjadi raja untuk menggantikan Ayahnya. Menteri pertama yang dia pilih adalah Abdullah. Abdullah benar-benar menjadi sahabat perjuangannya dan penasihat yang tiada duanya. Meskipun telah menjadi raja dan menteri, kedua-duanya masih sering melakukan solat tahajjud dan tadarus Al-Quran bersama-sama.
Dalam cerita ini dapat kita ambil banyak iktibar dalam kita mencari sahabat sejati. Sahabat sejati adalah sahabat yang mampu membawa kita lutus dan terus ikhlas untuk-Nya. Tidak dapat lagi untuk kita sangkalkan bahawa dalam menyeberangi bahtera kehidupan memerlukan sahabt yang boleh mendorng kita untuk meraik pandang dan kasih sayang-Nya. Sahabt sejati yang boleh menasihatkan kita pada arah kebaikkan dan mendekatkan diri kita pada-Nya.
Ali bin Abi Talib pernah berkata, “ Carilah sahabat sebelum memulakan perjalanan .“ Jadi persoalannya mengapa perlukita menjaci sahabat dalam perjalanan kehidupan? Ini adalah kerana sahabatlah merupakan tempat untuk kita meluahkan kekesalan, mecurahkan si hati tempat berkeluh kesah, tempat untuk berkongsi idea dan tempat meminta pandangan serta nasihat dan sebagainya.
Oleh sebab itulah kita harus mencari sahabat yang betul-betul baik kerana jika silap memilih sahabat, maka kejahatannya akan kita warisi dan akhirnya akan terjerumus ke dalam lembah dosa dan maksiat kepada Allah s.w.t.
Fakta telah membuktikan bahawa hampir sebahagian besar manusia khususnya remaja yang jatuh kelembah kemaksiatan adalah kerana terpengaruh dengan teman pergaulannya. Sudah berapa ramai pemuda yang taat, baik, rajin, bijak dalam belajar, setelah bergaul dengan teman yang buruk lamnbat laun berubah jauh dari sebelum ini. Dia suka terpengaruh dengan teman yang suka menipu, rakan yang suka mencuri dan meninggalkan solat dan sebagainya yang akhirnya menjadikan Iblis teman setianya.
Jika kita pergi ke penjara, jika ditanya salah seorang banduan di dalam sana, “mengapa kamu boleh menagih dadah sehingga menyebankan kamu masuk kedalam penjara ?”, dia hanya menjawab pendek, “ kerana terengaruh dengan kawan. “ Hal ini berlaku kerana sudah tentulah apabila diajak sahabat karibnya untuk mengambil dadah sudah pasti dia rasa tidak cool dan merasa amat berat untuk menolaknya.
Sebagaimana Firman Allah s.w.t dalam Al-Quran yang membawa maksud:
“ Dan (ingatkanlah) perihal hari orang-orang zalim menggigit kedua-dua tangannya (marahkan diri sendiri) sambil berkata : Alangkah baiknya kalau aku (di dunia dahulu) mengambil jalan benar bersama-sama Rasul ? Wahai celakanya aku, alangkah baiknya kalau aku tidak mengambil si dia menjadi sahabat karib! Sesungguhnya dia telah menyesatkan daku dari jalan peringatan (Al-Quran) setelah ia disampaikan kepadaku dan adalh Syaitan itu sentiasa mengecewakan manusia (yang menjadikan dia sahabat karibnya). “ (surah Al-Furqan : 27-29)
Manakala dari Abu Musa asy-Asya’ari, dia menyatakan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda:
“ Sesungguhnya, perumpamaan sahabt yang baik dan yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dengan tukang besi. Seorang penjual minyak wangi akan memberi kamu minyak atau kamu membelinya, atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Sedangkan tukang besi, maka boleh jadi akan membakar bajumu dan boleh juga kamu akan mendapatkan darinya bau yang busuk. “ (Muttafaqunalaih)
Dalam hadis lain pula, Nabi s.a.w bersabda:
“ Seseorang bergantung pada agama kawannya, maka hendaklah salah seorang di kalangan kamu semua melihat dengan siapa dia berkawan. “ (Hadis Riwayat Abu Daud)
Jelas daripada keterangan hadis di atas, Rasulullah sangat-sangat menekankan akan pencarian dan pemilihan sahabat dalam mengharungi samudera kehidupan ini. Gambaran pengaruh rakan ini jelas dalam hadis diatas dimana amalan dan perbuatan seseorang itu akan mudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh rakan rapatnya sendiri. Maka tidak syak lagilah, pemilihan kawan yang baik amalnya dan baik serta bertakwa amatlah perlu kita laksanakan agar ianya membawa kita kepada keredhaan Allah s.w.t serta menjamin kita kearah melakukan kebaikkan dengan mengikuti apa yang diperintah dan mencegah apa yang dilarang.
Pernah Khalil al-Musawi menyatakan :
“ Memilih sahabat perlu dilakukan dengan cermat dan teratur, bukan secara spontan. Ini kerana persahabatan bermakn kehidupan bersama. Bagi sahabat tahap pertama (sangat rapat), pemilihan harus lebih cermat. Pada umumnya, sebab gaglnya meneruskan persahabatan kerana mereka tersilap dalam pemilihan. Kegagalan pemilihan dalam persahabatan disebabkan sikap tergesa-gesa dan lebih mendahulukan peasaan. Perkara yang penting untuk dipertimbangkan dalam memilih sahabat adalah amalan islam. Seorang sahabat haruslah yang bersahabat dengan tulus kerana Allah, dipercayai dan cekap sehinggakan dia dapat memberikan sumbangan dalam memajukan amal perbuatannya. “
Khalil al-Musawi memberikan secara terperinci tujuh perkara yang dapat menjadikan persahabatan berkekalan :
1) Anda menyukai apa yang mereka sukaidan membenci apa yang mereka benci
2) Mengelakkan kemarahannya, mencari keredhaan dan menuruti perintahnya.
3) Membantu mereka dengan harta, lisan, tangan dan kaki anda.
4) Anda menjadi mata, petunjuk, cermin, dan pakaian mereka.
5) Jangan anda kenyang sedangkan mereka lapar dan jangan anda puas minum sedangkan mereka kehausan.
6) Anda harus memenuhi jemputannya, menjenguknya ketika sakit dan menghantarjenazahnya apabila meninggal dunia.
7) Jika anda mengetahuidia mempunyai keperluan, maka anda harus segera memenuhinya tanpa menunggu sedangkan dia meminta terlebih dahulu.
Maka dari keterangan dari khalil al-musawi ini jelas menunjukkan persahabatan bukan sahaja disaat kita senang tapi ianya harus hadir juga disaat kita susah.
Persahabatan yang menuntun kepada keredhaan Allah haruslah disertakan dengan pengorbanan yang berlandaskan keikhlasan yang terputik dihati. Pengorbanan jiwa ini jika dilakukan dengan hadirnya keikhlasan akan menjernihkan hati dengan rasa kebahagiaan dan kesenganan dalam bersahabat.
Persahabatan juga tidak akan terpaut jika ianya hanya 1 individu sahaja yang berkorban, tapi pengorbanan ini harus dirasai bersama samaada susah, atau senang dan sebagainya. Jadi oleh itu hendaklah kita membuka selebar-lebarnya lapangan persahabatan dalam diri kita untuk mereka yang berada disekililing kita, usah takut untuk bersahabat dengan ramai orang tapi takutlah jika silap memilih sahabat yang sejati.
Justeru, mestikanlah untuk kita sama-sama mencari sahabat yang boleh menolong kita meraih syurga Allah s.w.t. Dunia ini hanya tempat tinggal sementara dan akhirat kelaklah tempat kita kembali untuk buat selama-lamanya..
Wallahua’lam…
Sekatika Dikampung
Assalamu’alaikum…
Alhamdulillah, Allah masih bagi aku peluang berupa kesempatan waktu untuk aku menitipkan sesuatu yang mungkin boleh kita berkongsi bersama. Dalam kesempatan ini juga aku ingin mengucapkan selamat bercuti dan selamat bergembira bersama keluarga masing-masing.
Cuti merupakan satu perkataan pendek yang memberi gambaran yang berbeza dan berlainan bagi setiap intiti yang bergelar manusia. Gambaran yang mungkin terlorek akan bercampur baul dengan bayangan kenikmatan, kemanisan, kegelisahan, kesedihan, dan sebagainya. Itu sebenarnya merupakan satu warna dalam warna kehidupan manusia. Warna-warna yang pelbagai itulah membawa manusia terus bersemangat dalam mencapai segala-galanya dalam Alam dunia ini dan terkadang berjaya membawa manusia terus hanyut dibuai keindahannya yang mempersonakan yang seterusnya menyebabkan lupanya sang manusia itu kepada Tuhan yang Esa.
Wadah perkongsian yang ingin aku bawa pada kali ini adalah lebih kepada pengalaman aku sebenarnya, pengalaman berbantuk perkongsian cerita ini yang membuat hati aku sedikit kesayuan seketika apabila memandang 2 insan yang bahagia. Moga-moga mereka sentiasa bahagia dalam payungan Rahmat Ilahi.
Alhamdulillah, setelah bertungkus lumus aku mencari tiket akhirnya dapat juga tiket bas tambahan. Biasalah sedikit bayaran tambahan dikenakan yang sepatutnya RM65 jadi RM78. Tapi aku tidak kisah kerana niat dihati untuk berjumpa dangan keluarga yang sudah lama tidak aku ketemui sejak aku belajar di UTM Skudai.
Tidak aku sangka, Bas tambahan juga akan menyebabkan masa untuk sampai ke bumi serambi mekah juga akan bertambah daripada sepatutnya 10 jam perjalanan bas menjadi 14 jam perjalanan. Teringat aku akan seorang abang yang duduk di tepi aku sepanjang perjalanan menaikki bas berkata “ Puas hati naik bas kali nih “ dan aku mengiakan kata-katanya sambil tersenyum, abis sakit tulang temulang aku. Jadi kesimpulannya, nak naik bas jangan beli tiket bas tambahan nanti semuanya akan bertambah, bukan sahaja duit bertambah, tapi masa juga akan bertambah.
Setelah aku sampai di Kelantan, jiwa aku mula rasai ketenangannya kerana yang pertama mungkin kerana dah selamat sampai ke destinasi yang menjadi impian aku semasa belajar kat UTM dan yang kedua kerana di setiap sudut pandangan mata aku tak lekang dari melihat remaja berkopiah, dan bertudung labuh serta makcik dan pakcik yang tidak loket dengan senyumannya. Teringat kata-kata seseorang, “ melahirkan habnul Harakah “, mungkin begini barangkali individu muslim yang ingin dibentuknya. Entah tiba-tiba, Jiwa tarbiahku mula mengembang. Aku pun tidak pasti mengapa setiap kali jika aku berada di Kampus aku merasakan terbiah aku kurang bahkan kadang-kadang aku merasakan tak ada nilai tarbiah, tapi bila aku dirumah iaitu dikelantan, jiwa kau mula rasa berkobar-kobar untuk belajar. Dan mungkinkah inilah yang dikatakan Kelantan Serambi mekah?huhuh..
Hari ahad merupakan hari kedua aku berada di rumah, aku mencapai kunci motor Honda ayahku seperti biasalah untuk aku menunaikan solat zohor di masjid kesukaanku iaitu masjid As-Salam. Selesai solat aku mengambil peluang untuk membuat pusing rutin aku jika balik ke rumah iaitu pusing melihat ragam manusia di kampung-kampung yang berdekatan.
Pusing punya pusing aku berhenti sekejap di sebuah perumahan dan pandangan ku melekat terhadap sebuah rumah yang berpagar yang tidak jauh dari perumahan itu. Rumah yang kecil dan buruk tetapi persekitaran di dalam pagarnya yang berkunci itu tersusun rapi. Aku pelik melihat rumah kecil itu, yelah mana tidaknya kelihatannya macam tiada orang yang tinggal disitu. Aku cuba amati sekali lagi sebab ingin mecari kepastian dari persoalan yang bermain difikiran. Tiba-tiba, daun pintu rumah buruk itu terkaut terbuka dan keluarlah 2 orang budak lelaki yang kelihatan seperti berusia dalam lingkungan 16 dan 17 tahun. Mungin mereka berdua ini adik beradik. Seorang daripadanya kelihatan bukan seorang budak normal kerana mukanya seiras dengan budak sindron down, dan aku menduga bahawa seorang lagi mungkin itu abangnya.
Aku mendekati rumah itu dan aku menegur mereka dengan memberi salam dan budak lelaki yang normal itu menjawab salam aku. Aku bertanya nama dan budak itu membalas dengan memperkenalkan dirinya sebagai asri dan abangnya itu bernama amri. Sedarlah aku kini bahawa yang Normal itu adalah adik dan yang ditakdirkan Allah s.w.t sebagai seorang yang tidak normal dimata manusia itu adalah Abangnya. Persoalan demi persoalan terus ku tanya kepadanya dan si adik ini menjawab apa sahaja pertanyaan aku.
Kini tahulah aku yang budak lelaki itu baru sahaja habis menduduki peperiksaan SPM sesi yang baru baru ini. Dia tinggal bersama-sama ayah dan kakak, Ibunya sudah meninggal dalam 2 tahun yang lepas dan dia mempunyai 3 adik-beradik. Dia merupakan Anak bongsu dan sulung lelaki dalam keluarga itu. Yelah sepatutnya Abang nya itulah yang menjadi seorang yang bertanggungjawab dalam keluarga tapi Allah s.w.t lebih mengetahui segala-galanya.
Hidup mereka hanyalah bergantung harap kepada penjualan tangkapan ikan iaitu boleh dikatakan juga kais pagi makan pagi dan kais petang makan petang. Semuanya itu masih ditanggung oleh ayahnya yang berumur dalam 66 tahun dan ibunya telah meninggal dunia kerana sakit barah usus pada 2 tahun yang lalu. Manakala kakaknya pula tidak bekerja kerana semata-mata ingin menjaga makan minum abangnya, dirinya dan ayahnya itu semenjak peninggalan arwah Ibunya. Dia memberitahu bahawa, Ayahnya tidak pernah lupa memperingatinya dan kakaknya serta mengajar abangnya itu Solat dan nasihat-nasihat yang baik. Penceritaan hidupnya yang banyak musibah dan derita bagi aku itu membuat hatiku Sedikit tersentuh,terfikir sekejap aku bahawa mereka makan untuk hidup dan mengabdikan diri pada Allah s.w.t, sedangkan kita mungkin hidup untuk makan. Mana tidaknya, semakan hari lupa kita untuk bersedekah, kita lupa untuk miliki jiwa yang kebal dari kesempitan wang, jiwa yang sentiasa meletakkan Redha Allah pada bahagian hadapan untuk setiap tingkah laku dan perbuatan kita dalam seharian, dan jiwa kita juga kering dalam mengingati mereka yang memerlukan.
Terkesan dengan jawapan budak lelaki yang bernama asri itu membuat aku terpaksa berbohong meminta untuk berundur. Aku beredar dari situ dan bersembunyi dicelahan perumahan itu. Aku melihat dia mengajar Abang nya yang sindrom down itu senaman, aku melihat gelagak mereka, mereka begitu gembira sekali dan Ayahnya ketika itu pun ada keluar dari rumah dan turut tersenyum melihat gelagat kedua-dua anaknya. Hati ku bertambah sayu, Sungguh Adil Allah, menberi dugaan dan cubaan kepada Hamba-Nya tetapi Allah tidak lupa juga memberi nikmat kepada Hamba-Nya dalam bentuk yang lain. Mereka bahagia kerana Allah menanam Rasa Bahagia itu untuk mereka dan Allah lah yang membenarkan rasa bahagia itu ntuk mereka, Mereka tidak meminta kesempitan tapi Allah membalasnya dengan Kegembiaraan Setelah kesempitan itu dilalui dengan sabar.Kisah ini telak melorek memori baru dalam hidupku yang membawa seribu satu makna tersirat yang mungkin boleh membawa aku ke satu pengajaran yang penting dalam sejarah hidup ku.
Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah s.w.t, Dalam menempuh ranjau kehidupan ini seharusnya kita sebagai seorang manusia bersyukur dengan apa yang ada, baik dari segi kewangan, dan sebagainya. Bersyukur dapat membawa hati kita Redha pada ketentuan Allah s.w.t, dan melapangkan dada kita dalam beribadat dan bersangka baik pada Allah s.w.t serta berbuat baik sesama makhluk. Sungguhpun jika kita tidak ditakdirkan Berjaya di dunia ini tapi biarlah kita kita Berjaya di Akhirat sana. Dan Amat rugilah jikanya kita Berjaya didunia tapi ke neraka kelaknya kita. Dalam kisah ini dapatlah kita akui bahawa Allah lah pengatur acara yang terbaik untuk kehidupan Hambanya.
wallahua’lam..
Langgan:
Catatan (Atom)