Selasa, 28 Disember 2010

Kisah Bertanya Pada Ahli Hikmah

Berhijrah kita untuk Allah s.w.t

Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah, masih Allah beri kelapangan masa untuk aku berkongsi sedikit cerita dengan kalian semua. ianya cerita yang menarik dan penuh pengajaran buat kita. moga-moga boleh sesuatu yang baik dari penceritaan ini...

Panas gurun pasir seakan membakar ubun-ubun, ketika seorang pemuda bernama Fulan melangkah tanpa kenal lelah. Telah berpuluh kilo meter jarak yang ia tempuh, namun semangatnya tak jua surut, demi mengikuti jejak seorang Ahli Hikmah. Ada sesuatu yang begitu mengganjal hati si Fulan, dan ia berharap Ahli Hikmah itu bisa menjawab semua pertanyaannya.

“Wahai, Ahli Hikmah yang dimuliakan Allah! Telah begitu jauh jarak yang kutempuh untuk mencarimu. Dan rupanya, di tempat inilah Allah berkenan mempertemukan kita,” kata si Fulan penuh kelegaan. Si Ahli Hikmah yang sedang berisitirahat di bawah pohon kurma tampak tertegun. “Wahai, Pemuda! Siapakah engkau ini ? Ada perlu apa mencariku ?” tanyanya heran.

Si Fulan duduk bersila di hadapannya. “Aku adalah si Fulan. Telah berbilang masa aku mencarimu, demi mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku. Aku ingin mendapatkan ilmu yang telah diberikan Allah padamu,” jawab si Fulan santun.

“Semoga Allah mencatat jerih payahmu sebagai pahala wahai, Fulan. Apakah gerangan yang ingin kau tanyakan ?” tanya Ahli Hikmah itu ramah.
Si Fulan terdiam sejenak. “Ceritakanlah padaku tentang LANGIT, dan apakah yang lebih berat darinya.”

Ahli Hikmah itu mengangguk. “Ketahuilah, Fulan. Bahwa KEBOHONGAN yang dilakukan oleh orang-orang suci adalah lebih berat daripada langit.”

“Lalu ceritakanlah tentang BUMI, dan apa yang lebih luas darinya,” pinta si Fulan lagi bersemangat.

“Sesungguhnya, KEBENARAN adalah lebih luas daripada bumi,” jawab si Ahli Hikmah pula.

“Dan ceritakanlah tentang BATU, serta apa yang lebih keras darinya.”

“HATI orang kafir jauh lebih keras daripada batu wahai, Fulan.”

“Lalu, apakah yang lebih panas dari API wahai, Ahli Hikmah ?”

“Sungguh KERAKUSAN lebih panas daripada api.”

“Ceritakanlah pula tentang ZAMZAHIR, dan apa yang lebih dingin darinya.”

“Wahai, Fulan. Ketika kau sangat butuh pada orang yang kau cintai, tapi kau DIACUHKAN, maka itu jauh lebih dingin daripada zamzahir.”

“Alangkah engkau sangat bijak wahai, Ahli Hikmah. Tapi ceritakanlah padaku tentang LAUT, dan apa yang lebih kaya darinya.”

“Ketahuilah, hati yang selalu QONA’AH jauh lebih kaya daripada laut dan segala isinya.”

“Terakhir, ceritakanlah tentang ANAK YATIM, dan apa yang lebih dipandang hina darinya.”

“Orang yang suka menghasut, lalu perkara itu terbongkar di depan orang banyak, maka ia dipandang jauh lebih hina daripada anak yatim.”

Si Fulan pun terdiam sejenak sambil menarik napas panjang.

“Sungguh Allah telah menganugerahkan kemuliaan dan ilmu yang tinggi padamu wahai, Ahli Hikmah. Kini hatiku terasa tenang karena telah mendapatkan apa yang kucari selama ini,” kata si Fulan kemudian. “Jika demikian, engkau boleh kembali ke kampung halamanmu,” kata si Ahli Hikmah sambil tersenyum.

“Tidak, aku tak kan pergi ! Sungguh setelah mendengar semua jawabanmu, aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Sampai semua ilmu yang kau miliki kau bagikan padaku,” jawab si Fulan mantap. Si Ahli Hikmah tertegun melihat kekukuhan hati pemuda itu. Ia pun tak kuasa menolak. Maka sejak itu jadilah si Fulan sebagai pengikut setianya hingga masa yang tak ditentukan.

(*) Catatan: Zamzahir = Air yang sangat dingin

http://www.boemi-islam.com/content.php?q_idn_content=247&q_idn_content_kat=9

Kalimah Cinta: Mudah Dilafaz Tapi Sukar Dibuktikan



Assalamu'alaikum....

Alhamdulillah, Segala puji Bagi Alla s.w.t tuhan sekalian Makhluk yang menjadikannya setiap makhluknya itu berpasang-pasangan dan berkasih sayang sesama mereka. Maha Suci Allah s.w.t tuhan yang juga menciptakan setiap sesuatu tanpa setiap sesuatu itu meminta pada-Nya dan lantas menyediakan segala kemudahan untuk setiap sesuatu. Dan amat rugilah jika kita mencari jalan yang dimurkai oleh Allah s.w.t kerana sesungguhnya jalan yang dimurkai Allah itu adalah merupakan jalan yang mengundang segala kesusahan.

Pernah terbaca satu artikel di laman maya dan artikel itu sempat aku copy dan paste untuk sahabat-sahabat menatapnya dan semoga artikel ini memberi sesuatu bauat sidang pembaca sekalian yang juga sahabat-sahabatku.

oleh: Ust Saudi Arof

CINTA adalah urusan hati. Tahap ketinggian cinta seseorang, tidak
dapat dinilai oleh panca indera yang ada. Cinta yang dilafazkan oleh
jutaan umat Islam dewasa ini semakin hambar. Kata-kata cinta kepada
Allah, Rasul-Nya dan Islam, hanya tinggal slogan kosong tanpa ruh
lagi. Cinta umat Islam kepada Allah dan rasul-Nya, telah terhakis
oleh faham kebendaan semakin mendapat tempat dalam hati manusia.

Keyakinan kepada yang ghaib dianggap sebagai tahyul dan khurafat.
Akhirnya, cinta yang didakwa segar dan mekar, sebenarnya palsu.
Mereka mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi tidak
cintakan Allah dan Rasul-Nya.

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang yang beriman sangat cinta kepada Allah."(Al-Baqarah: 165)

Cinta mempunyai beberapa tanda. Orang yang sedang bercinta akan
memaparkan alamat-alamatnya yang amat jelas. Begitu juga dakwaan
cinta kepada Allah dan RasulNya. Sewajarnya dibuktikan dengan tanda-
tandanya yang dapat disaksikan. Kecintaan seseorang kepada Allah,
akan menjadikannya selalu ingat kepada Allah. Dalam apa juga
keadaannya, Allah sentiasa dalam ingatan.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (iaitu)
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi."(Ali Imran : 190 -191).

Selalu ingat kepada kekasih adalah lumrah orang bercinta. Ucapan
cinta yang tidak disertai dengan "ingatan rindu" pada si dia, adalah
ucapan cinta palsu.

Bahkan, sebenarnya, menyebut nama Allah adalah satu perintah dari-
Nya, dan bukan semata-mata tanda rindu kepada-Nya.

"Wahai orang yang beriman, sebutlah Allah dengan sebutan yang banyak"
(al-Ahzab : 41)

Lazimnya, ingatan orang yang bercinta, selalu tertumpu kepada
kekasihnya. Setiap peristiwa yang dilaluinya, akan mengingatkan dia
kepada nostalgia ketika bersama-sama dengan kekasihnya. Bicara
hatinya akan selalu ditujukan kepada buah hatinya. Puisi-puisi indah
akan diukir sebagai tanda ingatan pada kekasihnya. Bagi orang yang
beriman, salah satu wasilah untuk mengingati Allah ialah melalui
solat. Dengan solatlah pertemuan dengan kekasihnya dilakukan. Dalam
solatlah dilafazkan pengagungnya dan harapannya. Solat itu menjadi
indah dan mengasyikkan.



"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati Aku"
(Thaaha: 14)



Dakwaan cinta yang tidak selalu mengingati Allah, khususnya
meninggalkan solat adalah dakwaan palsu. Allah menyebut golongan ini
sebagai golongan munafik, kerana ucapan lidah mereka tidak menepati
apa yang ada di dalam hati mereka. "Sesungguhnya orang munafik itu
menipu Allah, dan apabila mereka berdiri untuk solat. Mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan solat) di harapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali"
(an-Nisaa:142). Apa yang jelas daripada ayat tersebut, orang munafik
mengingati Allah, tetapi ingatan mereka kepada Allah sedikit sahaja.
Dalam membicarakan hal ini, marilah kita mencerminkan diri kita.



Adakah kita telah dan sedang mengingati Allah selayaknya orang yang
mengaku cintakan Allah? Alangkah tidak patutnya kita hanya ingat
kepada Allah dalam solat lima waktu sehari semalam. Lebih tidak patut
apabila dalam solat, kita ingat "si dia" yang selain daripada Allah.
Bukanlah ungkapan ini untuk menyatakan kemunafikan seseorang, tetapi
untuk berhati-hati agar cinta dakwaan kita itu cinta yang sebenarnya.
Saidina Umar, pernah bertanya kepada Huzaifah al-Yaman, tentang sama
ada dia termasuk orang munafik. Inilah antara contoh orang yang
khuatir tentang yang khuatir tentang kedudukan dirinya, walhal kita
semua maklum keunggulan Umar. Cinta kita kepada Allah, seharusnya
sentiasa panas dan segar, sesuai dengan nikmat yang banyak daripada-
Nya.


"Kerana itu, ingatlah kamu kepada-Ku nescaya Aku ingat(pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)Ku "

(al-Baqarah : 152)

cinta yang sebenar adalah cinta kepada Allah s.w.t dan memang kita seharusnya mempunyai rasa cinta kepada-Nya.

Kasih Tauladan Monyet



Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah, setinggi-tinggi kepujian kepada Allah s.w.t tuhan sekalian Alam yang menjadikan manusia sebagai khalifah dibuminya dan yang menciptakan perasaan kasih sayang dikalangan manusia dan juga haiwan yang sukar untuk digambarkan. mana tidaknya ianya sendiri tidak dapat dibuktikan dengan penemuan sains tentang perasaan kasih sayang yang lahir dalam diri manusia bahkan haiwan.

kali ini juga sedikit perkongsian yang aku petik dalam satu laman web 2 tahun yang lepas dan maaf lagi sekali kerana terlupa untuk mengcopy sekali dengan address web tersebut.Walaubagaimana pun, kisah yang diceritakan ini menarik dan aku rasa elok untuk kita kongsikan bersama-sama agar kita boleh manfaat yang baik dan menjadikan renungan buat kita bersama. Semoga penulis cerita ini mendapat sesuatu ganjaran di sisi Allah s.w.t.. Amin

Kisah benar rakan kita dibawah ni seharusnya menginsafkan kita tentang kasih sayang yang perlu kita pupuk sesama manusia(tanpa mengira warna kulit, fahaman dan anutan), sesama keluarga. Memang menyentuh persaan betul kisah ni.

Insyaallah, semoga kita diberi kekuatan menjadi hamba Allah yang lebih bertaqwa.

Salam,
Zikri Fadzil
AMC-WBU Materials Dept.
Agilent Technologies (M) Sdn. Bhd.
Tel No: 04-680 5565
Fax No: 04-680-7285
Email : zikri_fadzil@...

Maafkan saya kerana saya tidak bijak mengarang. Saya bukan penulis. Apa yang saya yngin ceritakan pun hanyalah tetang monyet, haiwan yang sering jadi bahan sendaan kita, bukannya tentang wang, saham, barang kemas, kekasih yang jelita mahupun banglo besar. Saya tidak bijak bercerita tentang itu

Baru-baru ini saya ke Negeri Sembilan untuk mengunjungi rumah seorang saudara. Sewaktu kereta melalui hutan rekreasi Hulu Bendul di kuala Pilah, nun di depan sana ,saya lihat ada sekumpulan monyet mundar-mandir di sisi jalan yang sibuk. Ia seperti terburu-buru untuk melintas.

Saya terus memandu dan sewaktu kereta semakin hamper,saya terkejut kerana ada seekor monyet menggeletik di atas jalan. Ia baru dilanggar salah sebuah kereta di hadapan saya. Pantas saya menekan brek dan memperlahankan kereta.

Kereta semakin hamper dan dada ini berdebar apabila melihat monyet itu terus menggelupur dan menghempas-hempas ke atas jalan. Kakinya terketar-ketar. Di sisinya ada darah dan cebisan daging.

Tapi paling menyentak perasaan saya ialah apabila melihat perutnya yang buncit itu terburai, dan dari celah luka besar itu tersembul sesuatu berwarna kelabu. Tahukah pembaca, benda apakah yang saya lihat itu?

Benda kelabu itu adalah anak yang masih dalam kandungannya!

Pada ketika itu saya terasa tubuh ini menggeletar. Saya pasti, si ibu monyet tadi akan mati sebentar lagi. Begitu juga dengan anaknya, nyawanya melayang sebelum sempat melihat wajah ibu.

Sebaik melintasinya, saya pandang cermin sisi dan belakang. Saya nampak kawanan monyet tadi bercempera. Ia berlari-lari mendapatkan si ibu tadi, tapi kemudian bertempiaran semula ke tepi jalan kerana hamper saja dilanggar kenderaan yang lalu-lalang.

Mungkin kepada pembaca sekalian, apalah ada pada nyawa seekor monyet.

Ia hanya monyet. Haiwan hodoh. Hidupnya di hutan, tidak setaraf dengan manusiawi.

Tapi tidak kepada saya. Pulang bercuti, saya terus catatkan surat ini, kerana peristiwa yang saya sebutkan tadi sebenarnya telah mengingatkan saya kepada sebuah peristiwa yang berlaku pada awal 1990-an.

Ketika itu usia saya masih di awal 20-an. Hari itu, saya diajak oleh seorang bapa saudara untuk memburu di hutan berhampiran rumah. Saya bukanlah minat memburu, tapi daripada bosan terperap di rumah, saya terima ajakan bapa saudara saya tadi.

Masih saya ingat, beberapa jam berburu,matahari pun sudah meninggi, tapi tiada seekor haiwan pun melintas di hadapan kami. Pelanduk, napuh, rusa, ayam hutan dan burung yang selalu berlegar di hutan itu, seolah-olah bersembunyai jauh dari kami. Hutan itu sepi.

Saya bertambah rimas, pak cik pula saya lihat mula kecewa. Hari kian beranjak petang, pak cik menepuk-nepuk senapang Relanya. Kata pak cik, "Kita balik ajalah, hari ni tak ada apa-apa.Mungkin esok ada habuan."

Kami berjalan pulang, tapi selang dua tiga puluh langkah, kami terdengar suara riuh-rendah di sebalik pokok-pokok besar di hadapan kami. Saya mengamati suara itu, ternyata ia dating dari sekawan monyet yang sedang memakan buah-buah hutan.

Saya perhatikan pak cik begitu berminat memerhatikan haiwan itu. Di bibirnya ada sebaris senyuman. Senyuman yang saya faham benar maksudnya.

Adakah pak cik hendak menembak monyet-monyet itu?

"Haa. Pak cik nak tembak ibunya, lepas tu pak cik nak ambil anaknya, nanti boleh bela," begitu jawapan pak cik.

Masih saya ingat juga, saya beberapa kali mendesak pak cik supaya membatalkan hasratnya itu, tapi gagal. Saya gagal mengendurkan niatnya.

Tidak akan saya lupa kata-kata pak cik petang itu, "daripada balik tangan kosong? " lalu dia mengacukan senapangnya ke arah kawasan monyet tadi, dan? DAMMM!!!

Demi berdentum saja senapang, bercempera dan lintang-pukang monyet-monyet tadi menyelamatkan diri. Hutan itu riuh dengan bunyai ranting patah serta jerit pekik haiwan berkenaan.

BUUUPP! Ada suatu benda yang jatuh ke tanah.

Saya terpandang seekor ibu monyet jatuh berdekatan kami. Saya dan pak cik terus mendapatkannya. Dari perutnya bercucuran darah pekat. Anaknya yang tidak mengerti apa-apa terlepas dari pelukan, tercampak tidak jauh dari ibunya sambil menjerit-jerit.

Si ibu merengus-rengus memanggil anaknya dengan lemah. Ia cuba bangun dengan besusah payah sambil tangannya
mencapai akar-akar pokok untuk mendekati anaknya. Sebelah tangan lagi menekap perut yang masih berdarah. Ia berusaha melangkah tapi terjatuh semula. Digagahi lagi sambil berguling-guling ke arah anaknya. Si anak yang baru pandai berjalan jatuh, bangun mendapatkan ibunya.

Si anak itu terus saja memeluk ibunya yang kesakitan. Masih terbayang jelas di ingatan saya bagaimana si ibu monyet tadi memegang tubuh dan menatap wajah anaknya puas-puas, kemudian dicium berkali-kali.

Setelah itu dibawa si anak ke dada lalu disuakan susunya. Saya dan pak cik terdiam melihat si anak mengisap susu manakala ibunya mengerang-ngerang perlahan seakan memujuk sambil menahan sakit.

Hati saya tersentuh. Betapa si anak yang baru melihat dunia tidak tahu bahawa ibu tempat dia bermanja akan pergi buat selama-lamanya. Saya tidak mampu menyelami fikiran ibu monyet tadi, tapi mungkin ia ingin memeluk anaknya buat kali terakhir, sepuas-puasnya, kerana selepas ini ibu akan pergi.

Ibu tidak akan dapat memelukmu lagi apabila kau kesejukan, menyuap mulutmu bila kau merengek kelaparan, juga melindungimu bila kau kepanasan.

Mata si ibu monyet itu memandang ke arah kami. Tangannya memeluk erat si anak seolah-olah enggan melepaskannya, biarlah ia mati bersama anaknya.

Matanya saya lihat digenangi air, masih tidak lepas memandang kami dengan pandangan sayu, mungkin ingin menyatakan betapa kejamnya manusia.

Dosa apakah yang aku lakukan hungga aku ditembak?

Salahkah aku bebas ke sana ke mari di bumi indah ciptaan Allah ini?

Tubuh ibu monyet itu berlumuran darah, begitu juga dengan si anak yang masih di pelukannya. Beberapa detik kemudian, dengan tenaga yang masih berbaki, kami lihat si ibu mencium anaknya untuk ke sekian kalinya. Perlahan-lahan tubuhnya terkulai ditanah, bisa penabur dari muncung senapang pak cik tadi tidak dapat ditanggung lagi.

Si anak menjerit-jerit memanggil ibunya supaya bangun dan melarikan diri dari situ, tapi si ibu sudah tidak bernyawa lagi. Puas menjerit, si anak tadi menyusu semula.

Di saat itu perasaan saya terlalu sebak. Saya perhatikan pak cik, dia beberapa kali menggetap bibir cuba menahan air matanya daripada tumpah ke pipi.

Tapi bila melihat si anak monyet tadi menjerit dan menggoncang-goncang tubuh ibunya, akhirnya air mata kami tumpah juga. Saya betul-betul kesal dengan apa yang berlaku.

Susana sunyai kembali. Si anak monyet itu kami rangkul dan bawa pulang, Biarpun ia terus menjerit-jerit dan enggan berpisah dengan ibunya yang telah mati.

Di dalam kereta saya hanya mendiamkan diri. Begitu juga pak cik. Pada ketika itu saya dapat merasakan betapa kejamnya kami kerana membunuh satu nyawa yang tidak berdosa. Biarpun monyet itu hanya haiwan yang hodoh, tapi mereka juga ada perasaan, ada rasa kasih kepada anak, rasa saying kepada ibu. Tapi kita manusia??

Mana hilangnya akal waras kami?

Selang dua minggu kemudian, anak monyet tadi mengikut jejak ibunya. Pak cik memberitahu saya, anak monyet itu tidak mahu makan dan asyik menjerit-jerit sahaja. Mungkin ia rindukan ibunya. Apabila malam, keadaannya bertambah teruk, dan akhirnya mati.

Kini saya sudah bekerja dan berumah tangga. Peristiwa tadi sudah saya ceritakan kepada anak dan isteri saya agar mereka mengerti bahawa haiwan juga punya perasaan. Yang kejam adalah manusia, walaupun kitalah satu-satunya makhluk yang Tuhan anugerahkan akal fikiran.

Tidak lupa saya memberitahu mereka betapa agung dan sucinya kasih sayang ibu.

Ibu adalah guru untuk kita dan ayah adalah pengetuanya,
Ibu adalah Penyejuk kepada Kepanasan si bapa untuk anaknya,
Ibu adalah adalah selimut buat kita dan ayah adalah tilam yang mendukung kita dan selimut, dan
Ibu adalah nasihat buat kita dan ayah adalah pengajaran.

Kisah Gadis dengan Rasulullah s.a.w



Assalamu'alaikum..

Alhamdulillah, Allah s.w.t masih lagi memberi aku kesempatan waktu untuk aku berkongsi satu cerita yang aku sendiri lupa dari mana aku dapatkan nya.. moga-moga cerita yang berbentuk nasihat dan pengajaran ini dapat kita renungkan bersama-sama. dan semoga penulis asal yang adoptasikan cerita ini mendapat ganjaran di sisi Allah s.w.t..

Seorang gadis datang menemui Rasulullah dengan tangan kanannya disorokkan ke dalam poket bajunya. Dari raut wajahnya, anak gadis ini sedang menanggung kesakitan yang amat sangat. Lalu Rasulullah menegurnya. "Wahai anakku, kenapa wajahmu menampakkan kamu sedang kesakitan dan apa yang kamu sorokkan di tanganmu?"

Lalu gadis malang inipun menceritakan hal yang berlaku padanya :- "Ya,Rasulullah, sesungguhnya aku adalah anak yatim piatu. Malam tadi aku telah bermimpi dan mimpiku itu telah membuatkan aku menanggung kesakitan ini." Balas gadis tadi. "Jika tidak jadi keberatan, ceritakanlah mimpimu itu wahai anakku."

Rasulullah mula tertarik dengan penjelasan gadis tersebut."Aku bermimpi berjumpa ibuku di dalam neraka. Keadaannya amat menyedihkan. Ibuku meminta diberikan air kerana dia amat dahaga kerana kepanasan api neraka itu hingga peluh tidak sempat keluar kerana kekeringan sekelip mata." Gadis itu berhenti seketika menahan sebak. "Kemudian kulihat ditangan kirinya ada seketul keju dan ditangan kanannya ada sehelai tuala kecil.Beliau mengibas-ngibaskan kedua-dua benda tersebut untuk menghalang api dari membakar tubuhnya. Lantas aku bertanya ibuku, kenapa dia
menerima balasan sebegitu rupa sedangkan ketika hidupnya ibuku adalah seorang hamba yang patuh dengan ajaran islam dan isteri yang taat kepada suaminya?

Lalu ibuku memberitahu bahawa ketika hidupnya dia amat bakhil. Hanya dua benda itu sahaja iaitu seketul keju dan sehelai tuala kecil pernah disedekahkan kepada fakir. Yang lainnya hanya untuk bermuka-muka dan menunjukkan kelebihan hartanya sahaja.

Lalu aku terus mencari ayahku. Rupanya beliau berada di syurga dan sedang menjamu penghuni syurga dengan makanan yang lazat dan minuman dari telaga nabi. Ayahku memang amat terkenal
kerana sikapnya yang dermawan dan kuat beramal. Lalu aku bertanya kepada ayahku. "Wahai ayah, ibu sedang kehausan dan menanggung azab di neraka.Tidakkah ayah ingin membantu ibu
sedangkan di dunia kulihat ibu amat mentaatimu dan menurut perintah agama.

Lalu dijawab oleh ayahnya. Sesungguhnya beliau dan semua penghuni syurga telah dilarang oleh Allah SWT dari memberi walau setitik air kepada isterinya kerana itu adalah pembalasan untuk
kebakhilan yang dilakukan ketika didunia.

Oleh kerana kasihan melihat azab yang diterima oleh ibuku, aku lantas menceduk sedikit air mengguna tapak tangan kananku lalu dibawa ke neraka. Belum sempat air tersebut mencecah bibir ibuku, api neraka telah menyambar tanganku sehingga melecur.

Seketika itu juga aku tersedar dan mendapati tapak tanganku melecur teruk. Itulah sebabnya aku datang berjumpa engkau ya Rasulullah." Panjang lebar gadis itu bercerita sambil airmatanya tidak henti-henti mengalir dipipi.

Rasulullah kemudian meletakkan tongkatnya ke tapak tangan gadis tersebut lalu menadah tangan, berdoa memohon petunjuk dari Allah SWT. Jika sekiranya mimpi gadis tersebut adalah benar maka disembuhkanlah agar menjadi iktibar kepada beliau dan semua umat islam. Lalu berkat
kebesaranNya tangan gadis tersebut sembuh.

Rasulullah lantas berkata, "Wahai anakku, pulanglah. Banyakkan bersedekah dan berzikir dan pahalanya kau berikan kepada ibumu.Mudah-mudahan segala dosanya terampun. Insya Allah".

Walaupun orang yang kita sayangi sudah diambil Allah s.w.t, tapi Allah masih lagi memberi kesempatan buat kita untuk berbakti kepada mereka dengan menolong mereka di akhirat. Maka didalam kesempatan yang Allah s.w.t masih berikan untk kita berbakti kepada orang tua, maka ambillah kesempatan tersebut dengan bersungguh-sungguh agar kita tidak menyesal di kemudian hari.. :)

Cerita di Kedai Makan.



Assalamu’alaikum…

Alhamdulillah, syukur kepada Allah s.w.t kerana masih lagi memberi aku kesempatan untuk terus menaip sesuatu dalam blog aku ini unuk dikongsikan dengan sahabat semua. Selawat dan salam keatas Nabi junjungan besar kita Muhammad s.a.w dan tidak lupa juga kita kepada para sahabat baginda s.a.w yang berjuang bersungguh-sungguh untuk menegakkan islam di Allah s.w.t.

Perkongsian kali ini ingin adalah berkenaan pengalaman hidup aku. Pengalaman yang membawa aku kepada sesuatu yang berharga. Kisahnya bermula di kedai makan pada waktu malam disaat orang lain sibuk bercuti dan berprogram.

Disaat itu aku bersama sahabat aku makan di sebuah kedai yang berbumbungkan langit. Indah sekali malam itu dengan bulan yang mengambang penuh, bunyi burung yang berkicauan dan bunyi-bunyi cengkerik di semak-semak yang berdekatan. Keadaan itu membawa aku terfikir bahawa perlu juga untuk sang manusia merenung dan menikmati Keindahan Alam ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa. Sungguh bahawa ciptaan Allah s.w.t itu mempunyai Hikmah yang tersendiri dan bukanlah sia-sia. Memang Allah jadikan sesuatu itu kena dengan fitrah manusia, Allah menjadikan keindahan Alam adalah untuk manusia mencari ketenangan dan mensyukuri nikmat Allah s.w.t disamping berfikir tentang Kebesaran Allah s.w.t.

Pada waktu itu jam menunjukkan pukul 9.30 malam, kami duduk sambil meng order makanan. Waktu itu kami makan sedikt kelewatan kerana kebiasaannya kami akan makan sebaik sahaja selepas solat isyak di masjid, tapi kali ini kami pergi supermarket untuk mencari sedikit bekalan untuk pagi esok di rumah sewa. Di supermarket, aku lihat berbagai-bagai jenis manusia. Mula-mula aku pikir, Alangkah bagusnya jika semua orang didalam supermarket itu adalah orang-orang yang mencintakan Allah s.w.t dan kecintaan itu membawa kepada lahirnya keseronokkan untuk berada dalam pakaian yang di redhai Allah s.w.t serta membawa mereka menjaga akhlak masing-masing.

Disamping itu juga sempat untuk aku mengimbau kembali saat aku kanak-kanak, dulu permainan aku adalah lastik burung, mandi sungai atau dengan kata lain adalah bermain dengan permainan kampung. Cukup seronok, mak ayah sibuk dengan urusan masing-masing, aku sibuk dengan perancangan-perancangan susunan permainan. Dulu, seingat aku dalam sehari suntuk iaitu dari pagi pukul 7 hinggalah 7 malam kadang-kadang 10 permainan sempat dipersembahkan bersama-sama kawankawan ku yang lain..

Seingat aku jadualnya, pagi kami akan pergi main round 1 kampung disamping ada race basikal. Semua yang ada kat situ pasti akan ambil bahagian dan diantara yang hebat adalah aku yang tak no. 1 no.2.. .. tapi habuannya adalah rotan la… biasanya dalam 2 jam lebih la untuk aktiviti “lumba haram” tuh.. lepas 2 sampung main polis entri.. antara yang jadi penjenayah harapan adalah aku juga, kadang-kadang bangga gak time 2, yelah setiap game aku tak payah cari orang untuk buat group, tapi mereka akan cari aku.. tengah hari main guli pulak disamping makan ais-krim poli pop, seingat aku dulu 10 sen jer ais-krim 2 tapi sekarang nak jumpa pun susah, abis jer mengisi tenga terus sambung pula main polis entri 2 dan kalau dah penat main maka sungai lah jawapannya… Aku tak terjun dalam sungai 2 tapi aku just rendam jer badan, sebab tulah member-member kampung aku semua pandai berenang kecuali aku.. Bukan pe untuk menyelamatkan badan dari dipukul… .. dan banyak lagi lah aktiviti sampai eksploras hingga ke kampung sebelah pun dah buat.. Time tu adalah zaman kegemilangan tompok pemerintahan aku dengan kawan-kawan sekampung..huhuhu…

Tergelak mengingatkan kembali pada zaman kecil aku, tapi bila nak di bandingkan dengan permainan budak-budak zaman sekarang, kebanyakkannya mereka lebih suka bermaian game yang berbentuk static dan tidak banyak bergerak, yela kat supermarket itu aku nampak mak dan ayah pula yang bersungguh-sungguh hendak anak-anak mereka bermain. Tidak kurang juga ada yang memaksa anaknya itu bermain dan bersosial dengan rakan-rakan yang sebaya dengannya. Rasa kasihan terputik di jiwa aku bila melihat anak-anak yang tidak dapat merasakan kenikmatan ber’ukhwah’ di zaman kecil dengan rakan-rakan yang sebaya dengan nya.

Aku terfikir juga akan mata pelajaran pendidikan seks yang akan mula diajar pada kanak-kanak di sekolah. Kasihan anak-anak kita, mengapa perlu diajar subjek begitu sedangkan pembelajaran agama Islam pun belum sebati dengan jiwa mereka. Mereka hauskan pendidikan Islam bukan hauskan nafsu dan mengapa tidak sahaja diperbaiki lagi mutu subjek dan mutu mengajar dalam pendidikan Islam di peringkat sekolah? dan kadang-kadang aku hairan mengapa begitu cepat pemerintah meletakkan keputusan yang bagi aku ianya akan membawa kepada sesuatu yang lebih teruk pada masa hadapan. Memang lah tindakan yang diambil adalah untuk mengelakkan berlakunya kerosakkan remaja kita di Malaysia, tapikan islam ada caranya yang tersendiri bahkan lagi elok dan Halal serta lebih memupuk kebertanggungjawaban iaitu perkahwinan. Banyak faedah kawin muda nih dan diantaranya adalah dapat memupuk individu muslim yang cepat matang dan lebih bertanggungjawab serta dapat mengurangkan kesosialan remaja yang boleh membawa kepada keharaman yang semakan menggila dari hari ke hari.

Selepas sahaja selesai kami membeli keperluan untuk pagi esok, barulah aku dibawa sahabatku itu ke kedai makan yang seterusnya membuahkan perkongsian antara kami berdua. Kadang-kadang perbualan kami dipandang oleh orang-orang disitu, yela berbualan kami adalah mengenai hati. Mungkin ada pandangan yang berpersepsi yang negative yang dilemparkan kepada kami dan mungkin juga ada yang positifnya. Kadang-kadang bila mana kita sebut pasal hati, mungkin ada yang terbayang hati itu bentuk love, warna pink, ada yang terbayangkan wanita, ada juga terbayangkan lelaki , ada terbayangkan cinta dan sebagainya. Tapi perkongsian yang sahabat ku adalah menenai kerasnya hati kita.

Kekerasan hati kita sebenarnya adalah lebih keras dari batu, Bayangkan sahabat-sahabat sekeras mana pun batu itu jika ditiup angin kencang atau putting beliung juga kan beralih tempatnya dan mungkin berupah bentuknya dan sekeras mana juga batu itu jika di temouh oelh aliran air juga kan meninggalkan bekas seperti kesan hakisan dan sebagainya. Hati kita lebih keras dari itu sebenarnya dan pelembut bagi hati adalah dengan mengingati Allah s.w.t. Kekerasan hati kita ini lah yang menyumbang kepada jiwa kita tidak tenteram dan berasa kosong. Dalam perbualan kami itu, sahabat aku ada menyatakan dalil-dalil hadis tapi aku tidak ingat sebab jarang mendengar akan hadis-hadis tersebut. Tapi kesimpulan yang dapat aku lontarkan buat diri aku sendiri adalah, kita harus hancurkan kekerasan hati kita dengan membuat kerja-kerja yang menjanjikan ganjaran pahala dan kerja-kerja yang kebanyakkan manusia kini memandangnya kerja yang tidak dapat membawa keuntungan dunia seperti menyuap nasi kepada orang miskin, membasuh pinggang mangkut orang yang tidak berkemampuan fizikal dan sebagainya. Yep, memang kerja-kerja itu meletihkan tapi dengan kerja-kerja itulah sebenarnya meleburkan perasaan keegoan dan bongkak yang membawa kepada kekerasan hati kita.

Teringat aku secara ringkasnya akan kisah Rasulullah s.a.w yang diceritakan bahawa Di sudut pasar Madinah Al- Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta, hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".

Tetapi tanpa disedari pengemis Yahudi buta, setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Begitulah yang dilakukan oleh baginda pada setiap hari sehinggalah ke saat kewafatannya.

Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abu Bakar r. a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r. ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r. ha menjawab pertayaan ayahnya,

"wahai ayahanda engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja".

"Apakah itu?", tanya Abu Bakar r. a.. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r. ha.

Ke esokan harinya Abu Bakar r. a pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r. a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya.

Ketika Abu Bakar r. a mulai menyuapinya, si pengemis itu marah sambil berteriak, "siapakah kamu?". Abu Bakar r. a menjawab, "aku orang yang biasa".

"Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tetapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan kepada pada aku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abu Bakar r. a tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang daripada sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r. a ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, malah ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r. a..
Begitu lembutnya hati Baginda s.a.w, sehinggakan orang memusuhinya juga baginda s.a.w berbakti walaupun setaip hari carcian dan cercaan dilemparkan kapada Baginda s.a.w semasa bersama dengan perempuan tua itu. Kalau kita mampukah kita berbuat sedemikian dan beristiqomah dengan amalan itu dengan orang memusuhi kita? Pasti sukar kan. Semua itu berbalik kepada hati kita dan langkah yang pertama untuk kearah itu adalah dengan membina keikhlasan. Keikhlasan yang jitu dan khusus untuk Allah s.w.t.

Selesai sudah makan, sempat lagi sahabat aku menyatakan bahawa keikhlasan itu perlu dan ianya hadir setelah kefahaman tentang keperluan keikhlasan dalam setiap gerak kerja kita serta kita arus perbanyakkan perbuatan kita dari percakapan kita… biarlah ikhlas itu lahir dari hati sanubari kita bersama-sama perbuatan yang baik dan bukan nya bersama-sama percakapan dimutut.

Selepas kata-kata terakhir sahabatku itu, aku terfikir sekejap bahawa bertuahnya badan dianugerahkan sahabat-sahabat yang boleh berkongsi ilmu yang boleh membawakan diri kita mengingati Allah s.w.t. Jadi persoalannya perlukah kita mencari sahabat yang sebegitu ataupun kita yang menjadi sahabat sebegitu? Persoalan ini sahaja nak dilontarkan buat sahabat-sahabat fikirkan dan renung bersama-sama aku..
Semoga kita terjaga dari seksaan Akhirat disebabkan kemurkaan Allah s.w.t…
Dari Abu Hurairah (r.a) beliau berkata:

Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah manusia paling bahagia mendapat syafaatmu pada hari kiamat nanti ?" Rasulullah (s.a.w.) menjawab :
"Wahai Abu Hurairah, sungguh saya menduga tidak ada seorang pun yang mendahului engkau untuk menanyakan perkara ini, kerana aku melihat minatmu terhadap hadis.
Manusia yang paling bahagia mendapat syafaatku ada hari kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan kalimah 'Lailahaillallah' dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya."

Hadis riwayat Bukhari

Ahad, 26 Disember 2010

Kembali Ke Jalan Benar.



Assalamu’alaikum….

Alhamdulillah, setinggi-tinggi kesyukuran kepada Allah s.w.t iaitu tuhan sekalian alam kerana masih memberi kesempatan waktu untuk aku berkongsi sesuatu dengan kalian di dalam laman Blog ini. Tidak lupa juga selawat dan salam keatas Baginda s.a.w kerana memang semestinya untuk kita mengasihi Baginda s.a.w kerana Baginda s.a.w sangat mengasihi kita sebagai umatnya.

Teringat aku akan kisah dimana pernah Baginda s.a.w ketika itu tengah duduk berkumpul bersama-sama para sahabatnya, diantara sahabat baginda s.a.w ketika itu adalah Saidina Abu Bakar, Uthman, Umar, Ali dan laian-lain, lalu kemudian Baginda s.a.w bertanya kepada para sababatnya “ wahai sahabatku, tahukan kalian siapa hamba Allah yang mulia disisi Allah? “, para sahabat terdiam.. lalu ada seorang sahabat berkata “ para malaikat Ya Rasulullah, merekalah yang mulia “, Baginda berkata “ Ya para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah, mereka sentiasa bertasbih dan beribadat kepada Allah, tentulah mereka mulia, tapi bukan itu yang ku maksudkan.. lalu para sahabat kembali terdiam… tiba-tiba salah seorang sahabat kembali berkata “ Ya Rasulullah tentulah para nabi, merekalah yang mulia itu “, Baginda tersenyum dan berkata “ Ya para nabi itu mulia, merekalah utusan Allah dimuka bumi, jadi mana mungkin mereka tidak mulia, mereka mulia tapi ada lagi yang lainnya.. para sahabt kembali terdiam.. lalu ada pula seorang sahabat berkata, “ Ya Rasulullah, adakah kami yang mulia itu Ya Rasulullah “… Baginda memandang sahabatnya satu persatu dan baginda tersenyum… lalu Baginda berkata, “ tentulah kalian mulia, kalian dekat dengan ku, kalian membantu perjuanganku, mana mungkin kalian tidak mulia, kalian tentulah mulia tapi ada lagi yang lain“… Para sahabat terdiam, mereka tidak mampu berkata apa-apa lagi… lalu Baginda s.a.w menundukkan wajahnya dan Baginda s.a.w menangis dihadapan para sahabatnya… para sahabatpun bertanya mengapa engakau menangis Ya Rasulullah? “… lalu Baginda s.a.w mengangkat wajahnya dan ternampak air mata membasahi pipi dan janggut Baginda s.a.w… Lalu Baginda s.a.w berkata, “ tahukah kalian siapa yang mulia itu?, mereka adalah manusia-manusia, mereka akan Lahir jauh setelah wafatku nanti, mereka begitu mencintai Allah, mereka tidak pernah memandangku, mereka tidak pernah memandang wajahku, mereka tidak hidup dengan aku seperti kalian, tapi mereka begitu rindu kepadaku dan saksilah wahai sahabatku semua, aku pun Rindu kepada mereka, mereka yang mulia itu, merekalah UMMATku.. “… ketika itu Baginda s.a.w menitis air mata dan semua sahabat menangis…

Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah s.w.t, adakah kalian terfikir akan persoalan bahawa tersangat muliakah kita berbanding Baginda s.a.w sehinggakan Baginda sungguh menyayangi kita?? Kita yang Baginda s.a.w sebut disaat Rohnya ditarik dan bukan isteri-isteri Baginda s.a.w… Adakah patut kita tidak mencintai Baginda s.a.w? Renunglah buat diri kita masing-masing sudahkah kita mencintai Baginda s.a.w…
Perkongsian kita buat kali ini adalah mengenai seorang insan yang dahulunya banyak melakukan kemaksiatan kepada Allah s.w.t dan kini dia kembali menuntun keredhaan Allah s.w.t. Sungguh Hebatnya Allah s.w.t, Dialah pemilik dan pemegang hati-hati manusia dan Dialah Tuhan pemberi Hidayah dan Penerima taubat.

Pada suatu petang, sewaktu sudah selesai menunaikan solat asar di masjid As-salam, aku terlihat akan seseorang yang aku kenali yang sudah lama aku tidak melihatnya dikampung aku ini. Yep, memang aku kenal dia, dialah yang selama ini yang selalu bergaduh dengan mak dan ayahnya sehinggakan satu kampung tahu bahawa dialah anak yang derhaka dan paling dibenci orang kampung ketika itu kerana gara-gara satu peristiwa hitam sehinggakan dia digelar samseng bahkan tiada satupun yang sudi berkawan dengannya sehinggalah dia meninggalkan kampung. Dan kini dia kembali semula ke kampung, tapi perwatakkannya sungguh berlainan dari yang sebelum ini,dulu dia selalu pakai baju t-shirt dengan jeans koyak sekarang berjubah dan berkopiah di masjid. Pelik, Betul ke dia ni yang aku kenal dulu?, aku termonolog sedirian.

Sebenarnya aku sendiri tidak tahu sama ada nak tegur atau tidak lelaki itu, lama aku memandangnya dengan pandangan kosong sedangkan pikiran aku melayang cuba menyusun kembali kisah-kisah silam lelaki itu dan yang lebih menghiarankan mengapa dia ni aku jumpa dia di masjid? Sedangan dahulu setahu aku dia ni dahulu langsung tidak denal masjid? Menolog aku sendirian. Sedang aku asyik berfikir, tiba-tiba aku disapa dengan salam dari seseorang yang aku kenali, aku pandang rupa-rupanya dia yang menegurku. Aku lantas menjawab salamnya dengan rasa gugup, mana tidaknya samseng kampung tegur cuak jugak jadinya…

Selepas salamnya ku jawab, dia tersenyum padaku.. Dan aku membalas senyumannya sedangkan dalam hatiku berkata, “ biar betul mamat nih senyum kat aku, ke ada muslihat lain nih? “.. Seolah-olah dia dapat membaca mindaku dan mendengar monolog hatiku, lantas dia menduga kehairanan aku melihatnya berada pada kampung ini.. tapi aku tidak terus menjawab dan bertanyakan akan hal itu kepadanya.. kami ketika itu hanya lah berta’ruf biasa-biasa sahaja, aku hanya tanya dia kerja apa, tinggal kat mana sekarang dan sebagainya.

Hampir setengah jam aku berborak dengan denga dia, akhirnya baru aku ketahui bahawa kehadirnnya dikampung ini adalah untuk menebus kembali kesalahan-kesalahannya disamping berbakti kepada kedua ibu bapanya.. Seterusnya dia mengajak aku ke warung bersebelahan masjid, untuk mengisi tekak dengan Air kelapa dan disitulah pendalaman penceritaannya kepada kau.. Sebenarnya, Aku hairan betul melihat keluarbiasaan perubahan yang dia alami, aku bertanya dan terus bertanya kenapa dia dapat berubah sedemikain rupa dan kali ini pertanyaan aku mula bertenaga setelah air kelapa membasahi tekak? Dan di mana dia berada sewaktu dia keluar dari kampung pada suatu masa dahulu?.. Dari persoalan aku itu dia menjawab dengan penuh tenang dan penuh keinsafan.. Dahulu sewaktu dia keluar dari kampung dia telah pergi ke Bandar, dan dibandar dia telah melihat pelbagai macam jenis kemaksiatan dan dia hampir kecundang dengan najis dadah yang ditawarkan oleh kawan yang baru dia kenali semasa dibandar..

Tapi Alhamdulillah, dia disaat bergelumbang dengan dosa-dosa lain seperti minum arak dan sebagainya ketika itu dia tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap dan tempat tinggalnya adalah di lorong-lorang gelap diantara 2 bangunan yang besar dan juga di stesen-stesen perhentian Bas. Dia menyatakan bahawa dia sengaja tidak mencari tempat tinggal adalah semata-mata kerana untuk menggunakan duitnya itu untuk membeli arak keran ketika itu minuman syaitan itu sudah membuatnya ketagih.

Dan dia juga menyatakan kesyukurannya kepadaku ketika itu, dimana disaat dia sedang asyik minum arak dari pagi sampailah malam selama hampir sebulan, maka kesemua duit dalam simpanan didalam bank tinggal kosong. Hampir sebulan juga dia tidak makan dan minum dengan sempurna, makanan dia disaat itu adalah sisa-sisa makanan dan minuman yang tidak kehabisan diminum orang yang berhampiran dengan tong-tong sampah. Disaat itu baru lahir satu perasaan yang membuatnya terfikir akan dosa-dosa yang telah dia lakukan kepada kedua mak dan ayahnya. Dia teringat kembali bagaimana dia menerajang adiknya sendiri dihadapan mak dan ayahnya yang tua kerana tidak memberi wang kepadanya untuk dia berjudi di kampung sebelah dan banyak lagi dosa-dosa yang dia lakukan.

Dia berkata kepadaku sambil bibirnya melorekkan senyuman kesyukuran bahawa Allah s.w.t masih membuka pintu untuk dia berubah dan berbakti kepada orang tuanya. Disaat dia tinggal sehelai sepinggang, disaat itu lah dia dapat merasakan kelaparan sebagaimana orang miskin dan orang berpuasa merasa. Dan disaat itu jugalah dia mula mengenal masjid.. Dia kata kepadaku bahawa dia mula mengenali masjid setelah hampir sebulan dia menahan kelaparan dan masjid baginya ketika itu adalah sebagai tempat untuk dia mendapat makanan, dan hari yang paling dia nanti-nantikan disaat itu adalah hari Khamis malam jumaat, mana tidaknya biasanya orang sekitar masjid itu membuat bacaan tahlil.. Aku ketika itu tersenyum sembil bermonolog,” Bijak juga mamat nih “…

Dan sudah menjadi rutin buat masjid yang dia pergi itu mengadakan sedikit tazkirah ringkas selepas isyak selama 30 minit sebelum makanan siap dihidangkan untuk para jemaah. Hendak atau tidak, dia haruslah berada sekali dalam kuliah tersebut kerana jemaah yang hadir adalah ramai dan makan yang dihidangkan adalah sepertinya tidak mencukupi. Mula-mula memang begitulah niatnya, hanya datang ke masjid adalah untuk makan sahaja, tapi lama-lama kata-kata ustaz yang memberi tazkkirah pendek itu berbekas dijiwa, nasihat-nasihat yang ustaz itu sampaikan begitu lembut menusak jiwa dan membuka harapan baru untuk dia berubah, dan disaat itulah dia merasakan dirinya masih berpeluang untuk berubah dan merasai kehidupan baru yang lebih berpandukan keredhaan Ilahi..

Aku cuba tanya, nasihat apa yang dia perolehi dari ustaz berkenaan, dia hanya tersenyum dengan senyuman yang sungguh berseri. Dia lantas menceritakan satu kisah yang aku ingat-ingat lupa iaitu kisah yang menceritakan tentang ada seorang lelaki bertemu Ibrahim bin Adham dan berkata bahawa dia telah menzalimi dinya sendiri dan meminta nasihat yang dapat menginsafkan dirinya dan menyelamatkanya di dunia dan diakhirat. Ibrahim bin Adham pun berkata jika engkau dapat memerima da melakukan 5 perkara ini engkau boleh bersedap-sedap dalam kemaksiatan dan tidak memudaharatkan mu.

Pertama, Apabila engkau hendak berdahaka kepada Allah azza wa jalla, maka jangan makan rezeki-Nya!. Lelaki itu menjawab dari sumber mana aku hendak makan, sedangkan semuanya datang nya dari Allah, Ibrahim mencelah: wahai fulan, adakah patut dan wajar engkau makan rezeki kurniaan-Nya kemudian engkau menderhaka kepada-Nya! Tentu tidak jawab lelaki itu.

Kedua, Bila engkau nak menderhaka kepadaAllah, maka janganlah engkau menginap dimana-mana pun di atas dunia-Nya.lelaki itu menjawab ini lagi hebat dari yang pertama tadi, kalau timur, barat dan antara kedua-duanya juga semuanya milik Allah, maka dimana pula aku tinggal?. Ibrahim menclah, adalah patut kau makan rezeki Allah, tinggal dibumi-Nya dan kemudian engkau derhaka kepada-Nya? Tidak jawb lelaki tersebut.

Ketiga, Ibrahim berkata, kalau kau mahu juga derhaka kepada Allah sedangkan engkau makan rezeki Allah dan tinggal dibumi-Nya, maka carilah tempat yang kira-kira tidak Allah tidak Nampak engkau mencabarnya. Kalua kau telah temui makan lakukan lah maksiat itu. Lelaki itu bekata, bagaimana aku dapat berbuat demikian sedangkan Allah Maha Mengetahui, malah Allah tahu apa yang tersembunyi sekalipun. Ibrahim menjawab, patutkah engkau makan rezeki-Nya, tinggal dibumi-Nya, menderhaka kepada-Nya walhal dia mengetahui hakikatmu dam melihatmu. Tidak jawab lelaki itu.

Keempat, Apabila tibanya malaikat maut hendak mencabut nyawamu maka katakalah kepadanya, berikanlah tempoh untuk aku bertaubat nasuha dan beramal salih kerana Allah. Lelaki itu pn menjawab mana mungkin dia menuruti permintaan ku. Ibrahim pula berkata, apakah dalam keadaan engkau tidak terdaya untuk menahan mauat, untuk mendapatkan tempoh bertaubat, dan engkau faham betul bahawa kalau maut datang engkau tidak berdaya menolak maut, dan dalam keadaan begitu engkau masih mengharapkan engkau boleh selamt dengan maksiat mu?

Kelima, Apabila datangnya malaikat Zabaniah pada hari kiamat hendak membawamu masuk neraka, maka jangan lah engkau mahu pergi bersamanya!. Jawab lelaki itu sudah tentu neraka tidak akan membiarkan aku, atau menerima permintaan ku. Ibrahim menjawab, kalau begitu bagaimana engkau harap engkau boleh selamat?. Dan lelaki tiu pn berkata cukuplah Ibrahim cukuplah, saya minta ampun kepada Allah dan saya bertaubat kepada-NYa.

Daripada kisah ini lah dia mula berberfikir panjang dan mula menyesali akan dosa-dosanya yang lalu kerana dia tahu bahawa dia tidak akan terlepas dari pengawasan Allah s.w.t, disamping itu juga dia sudah mula belajar solat, dan pembelajaran nya itu diajar oleh imam masjid berkenaan secara percuma. Mula-mula memanglah sukar baginya, tapi lama kelamaan ianya menjadi sebati dengan jiwanya. Benarlah katanya, aku dapat melihat perubahan dirinya, yang jika dahulu mulutnya hanya dibasahi dengan kata-kata yang keji sekarang ianya pula dibasahi dengan kata-kata yang baik dan membawa kita mengingati Allah Azza wajalla. Dan sempat juga dia memberi nasihat kepadaku bahawa :

Allah s.w.t berfirman yang membawa maksud :

Orang yang merasakan aman dari tindak-balas Allah (terhadap dosanya) ialah golongan yang merugi (diri dan masyarakatnya). (Surah Al-A’raf : Ayat 99)

Dia juga menyatakan hatinya keras dan tertekan dahulu kerana sering kali lupa daripada mengingati Allah s.w.t,

Firman Allah s.w.t yang membawa maksud :

Kerana itu, ingatlah Aku, nescaya Aku ingat pula kepada kamu dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan mengkufuri (nikmatKu). (Surah Al-Baqarah : Ayat 152)

Firman Allah s.w.t lagi yang membawa maksud :

Orang yang beriman tenteram hati mereka mengingati Allah. Sesungguhnya dengan mengingati Allah hati akan menjadi tenteram.
(Surah Al-Ra’d : Ayat 28)

Dia juga menyatakan bahawa aku ini bertuah kerana tidak mengalami pengalaman yang pahit sepertinya, pengalaman yang dahulunya membawanya kelembah kehancuran, dan kini dia cuba membina kembali serpihan-serpihan kehidupannya dengan beramal baik dan berbakti kepada ibubapanya.

Perbicaraan aku dengan dia berhenti disitu, kerana jam telah menunjukkan pukul 6.00 petang dan aku sudah berjanji dengan temanku yang lain untuk bertemu di rumahnya bagi tujuan ziarah. Tapi hatiku masih tertanya-tanya apakah perasaan dia setelah berubah sedemikian rupa? Yelah dulu hatinya keras sekeras Batu dan kini hatinya bertukar selembut dan sejernih air.. Dan apakah lagi nasihat yang ustaz itu tamankan pada hatinya itu sehinggakan hatinya itu boleh menerima tarbiahnya itu selama ini?.. Bukan apa kerana bagi aku agak sukar untuk kita mengubah hati manusia itu jika bukan nalurinya.

Maha Suci Engkau Ya Allah, Engkau menganugerahkan petunjukMu buat sesiapa sahaja yang Engkau sukai. Seketika ini terbelek aku akan buku yang dikarang oleh Fathi Yakan yang berjudul Bahtera Penyelamat Dalam Kehidupan Pendakwah, dimana Rasulullah s.a.w bersabda yang membawa maksud :

Sesungguhnya amal dinilai berasaskan niat-niatnya. Untuk seseorang itu (ada balasan) menurut niatnya. Sesiapa yang berhijrah kearah Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ialah kearah Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang berhijrah kerana (habuan) dunia atau wanita untuk dikahwininya maka hijrahnya itu terserahlah kearah mana ia berhijrah. (Hadith riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Juga Allah s.w.t berfirman di dalam Al-Quran yang membawa maksud :

Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima Islam lalu ianya sentiasa dalam cahaya bimbingan) tuhannya sama dengan orang yang membatu hatinya? Maka celaka besarlah orang-orang yang hatinya telah membatu untuk mengingati Allah. Meraka (sebenarnya) dalam kesesatan yang nyata. (Surah Al-Zumar : Ayat 22)

Moga-moga kita digolongkan dalam golongan yang sentiasa mencari Hidayah, petunjuk dan Rahmat Allah s.w.t, sedangkan Baginda s.a.w yang sudah diketahui maksum pun juga berdoa kepada Allah kerana mengharapkan keampunan dan takutkan akan balasan Allah s.w.t sedangkan kita manusia biasa yang sering melakukan kesilapan dan dosa kepada Allah s.w.t..

Doa Baginda s.a.w :

“ Ya Allah, Kurniakanlah kepadaku dua biji mata yang mudah mengalirkan airnya; dapat menyembuhkan hati dengan linangan airmatanya, kerana takut kepada-Mu. (Perkenagkanlah permohonanku, ya Allah) sebelum mengalir air mata darah. “ (Hadis riwayat Al-Tabrani)

Jumaat, 24 Disember 2010

Akidah Perlu Dalam Berjuang.



Assalamu’alaikum…

Alhamdulillah… Segala puji bagi Allah s.w.t, tuhan sekalian Alam yang menjadikan manusia sebagai Khalifah dibumi-Nya, yang mengangkat martabat manusia daripada kehinaan kepada kemuliaan. Maha Suci Allah, tuhan yang menjadikan manusia daripada tanah, yang menumbuhkan makanan untuk manusia juga dari tanah samaada tumbuh-tumbuhan ataupun haiwan ( makanan haiwan juga berasal dari tanah ) dan juga yang menjadikan tanah tempat jasad manusia dikuburkan semula..

Selawat dan salam keatas Rasul junjungan besar kita Muhammad s.a.w, kerana pengorbanan yang Baginda s.a.w dalam melayari bahtera dakwah di dalam kelompok manusia yang penuh dengan kemaksiatan dan kejahilan. Kemuliaan pengorbanan Baginda s.a.w dan para sahabat Baginda s.a.w bukan sahaja bersinar dizamannya tapi ianya merebah pantas bak denyutan yang menghidupkan jiwa-jiwa jihad umat islam di seluru pelusuk dunia yang mencintai Baginda rasulullah s.a.w untuk terus berjuang menyampaikan risalah Baginda s.a.w dari masa ke semasa.

Sungguh dalam perjuangan islam, pengorbanan demi pengorbanan, kesakitan demi kesakitan, kelelahan demi kelelahan perlu kita pertaruhkan bilamana diri bergelar sang pejuang islam. Akhir-akhir ini, bila saja disebut tentang pejuang islam, rata-rata dari sesetangah pihak memandangnya dengan pandangan yang sinis dan memualkan. Dan ada yang mengatakan pejuang islam itu adalah politik, retorik, dan sia-sia belaka dan itulah gambaran yang dilahirkan dari sesetengah pihak di Malaysia sendiri. Tapi adakah mereka sedar akan tuntutan berdakwah ini? Sedangkan Semua umat manusia yang beragama islam tidak kira apa bangsa sekalipun, yang mengakui bahawa Allah itu Esa dan mengakui beriman dengan Allah s.w.t, sudah terpikul diatas pundak dan bahu mereka akan tututan menyampaikan risalah islam samada melalui perbuatan ataupun percakapan.

Jika islam itu politik, maka jawapannya adalah YA!!, mana tidaknya, kerana kaedah untuk menyampaikan risalah islam itu bergantung kepada waqi’ di sesuatu tempat itu, jika undang-undang, amalan dan gaya hidup islam boleh tertegak dengan memasuki saluran politik, maka saluran politik lah merupakan saluran yang terbaik untuk dipilih dan digerakkan dalam sesebuah Negara itu. Inilah yang melanda Negara kita sekarang, apabila ketaksuban parti atau partai menguasai diri sehingga membelakangkan usaha atau matlamat dakwah itu sendiri. Dan ada juga yang menentang membuta tuli terana taksub dengan politik tanpa mengkaji dahulu matlamat sebenar sesuatu parti politik itu. Dan sesungguhnya perjuangan parti hendaklah bermatlamatkan melahirkan Negara yang mempunyai rakyat yang mempunyai Hablummillah (hubungan dengan Allah ) dan Hablumminnas (hubungan dengan manusia) serta menggunakan hukum yang telah digariskan dalam islam.

Sebagaimana Firman Allah s.w.t :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (Qs. Ali Imran: 103)

Seharusnya kita sebagai rakyat seharusnya sedar akan hakikat itu, memilih parti atau calon yang kelak akan memimpin kita kearah yang baik dan menyatupadukan rakyat dan ianya bukan sahaja melahirkan kehebatan dari sudut material di dalam sesebuah Negara tapi juga kearah meninggikan kalimah Lailahaillah disamping melahirkan cendakiawan-cendakiawan yang bukan sahaja yang boleh membina sebuah bangunan tinggi, jentera-jentera yang hebat tapi juga boleh berdakwah di masjid-masjid. Ianya bukan mudah tapi ianya tidak mustahil untuk dilaksanakan oleh pemimpin-peminpin pilihan kita. Kerana ditangan mereka terletak kekuasaan untuk mengubah kondisi rakyat dan melahirkan rakyat kearah yang lebih baik dan diredhai Allah s.w.t.

Sebagaimana pemimpin-pemimpin Negara, kita juga sebenarnya merupakan pemimpin terhadap orang bawahan kita dan kalau si suami itu pemimpin kepada isteri dan anak-anak, dan kalau kita berpersatuan, kita adalah pemimpin terhadap mereka yang berada dibawah kita dan sebagainya. Kita juga harus ingat kita sebenarnya sudahpun ditaklifkan sebagai khalifah dibumi Allah s.w.t. Maka sebagai seorang khalifah yang akan memakmurkan dunia ini juga adalah merupakan seorang da’ie yang akan menyampaikan yang baik dan mencegah yang mungkar. Seorang da’ie seharusnya mempunyai kefahaman yang mendalam terhadap tanggungjawab, amanah, dan tututan agama dalam berdakwah. Ini telah dikhabarkan oleh Allah melalui firmannya di dalam Surah Al-An'am, ayat 165:

Maksudnya:

Dan Dialah (Allah) yang menjadikan kamu khalifah di bumi, dan dia mengangkat darjat-darjat sebahagian dari kamu ke atas sebahagian yang lain, untuk menguji kamu tentang apa yang telah dia berikan kepada kamu, sesungguhnya Tuhanmu itu amat cepat siksaannya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sebagai da’ie kemantapan dari sudut ketahanan jiwa atau rohani ini tersangat perlu agar tidak kecundang dalam perjuangan melayari bahtera Dakwah. Maka sudah tentulah kemantapan jiwa ini akan terbentuk dengan memasakkan kefahaman akidah yang utuh dalam jiwa sanubari sang pendakwah. Seorang da’ie atau pendakwah seharusnya menyedari bahawa mereka telah melakukan jual beli dengan Allah s.w.t.

Allah s.w.t berfirman yang bermaksud :

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan bayaran syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Tuarat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Allah ? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu da itulah kemenangan yang besar.
(Surah Al-Taubah : Ayat 111)

Akidah merupakan suatu perkara yang paling penting dalam perjuangan Islam. Ia merupakan suatu kekuatan utama yang mesti dimiliki oleh seluruh pejuang Islam agar perjuangan yang didokongi tidak lari daripada matlamat asal serta tidak bercanggah daripada landasan yang telah digariskan oleh Islam. Menyedari betapa pentingnya kekuatan akidah ini kepada jatuh bangunnya perjuangan Islam telah menyebabkan musuh Islam dari dulu hingga kini sentiasa berusaha di dalam menjauhkan umat Islam daripada ajaran Islam yang sebenar melalui serangan pemikiran. Kesinambungan daripada itulah maka sebagai orang yang mengaku berjuang Islam mesti faham, mengguna serta mempertahankan kekuatan akidah ini daripada sebarang usaha musuh Islam untuk merobek dan menghancurkannya demi mencapai kejayaan dan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.

Jika kita melihat kepada buku Akidah dan Perjuangan karangan Armarhum Dato’ Ustaz Haji Fadzil bin Muhammad Noor dinyatakan bahawa akan berlakunya kecacatan didalam perjuangan tanpa akidah yang kukuh, beliau menyelitkan diantara hadis Baginda s.a.w :

Diriwayatkan dari Abu Musa r.a.:
Seorang Badwi bertanya kepada Rasulullah (sallallahu ‘alaihi wasallam) tentang jihad: “Orang yang berjuang atau berperang kerana mahukan harta rampasan, orang yang berperang kerana mahukan supaya namanya disebut, orang yang berperang kerana menunjuk-nunjuk kepada orang, orang yang berperang kerana keberanian semata-mata, orang yang berjuang kerana perkauman, atau kerana kekeluargaan, ataupun kerana fanatic keturunannya, ataupun berperang kerana marah, maka siapakah yang dikatakan berperang fi sabilillah?” Rasulullah (sallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab: “Orang yang berperang pada jalan Allah, ialah mereka yang berperang kerana menegakkan kalimah Allah yang Maha Suci.”

(Hadis riwayat Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Dari Amirul Mukminin Umar Ibnu Al-Khattab r.a. katanya:
Aku telah mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan itu adalah (bergantung) dengan niat. Dan sesungguhnya setiap apa (yang dilakukan oleh) manusia itu (balasannya atas) apa yang diniatkan. Maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah kerana dunia yang ingin dikecapinya, atau kerana seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ia berhijrah kerananya.”

(Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Daripada hadis diatas jelas menunjukkan bahawa, seorang pejung agama haruslah mempunyai kepaduan niat yang jitu dimana segala genap pekerjaan dalam menyampai risalah islam adalah semata-mata kerana Allah.s.w.t, dan sesungguhnya untuk melahirkan niat yang Lillahita’ala ini adalah didorong oleh hati yang betul-betul mantap keyakinannya kepada janji-janji Allah azza wajalla. Dan untuk memantapkan keyakinan pada Allah, maka seharusnya seorang itu mempunyai pula Akidah yang jitu kepada Allah s.w.t .

Disamping itu juga Armarhum Dato’ Ustaz Haji Fadzil bin Muhammad Noor juga menyatakan dalam bukunya itu akan kepentingan-kepentingan akidah terhadap perjuangan islam. Dan diantaranya ialah :

1. Supaya jelas matlamat perjuangan
2. Supaya perjuangan benar-benar ikhlas kerana Allah S.W.T
3. Supaya dapat merasai kemanisan iman dalam perjuangan
4. Supaya tidak mudah kecewa dan berputus asa dalam perjuangan
5. Supaya tidak menjadikan perjuangan sebagai tempat mencari habuan dunia
6. Supaya amanah dan bertanggungjawab dalam perjuangan
7. Supaya tidak mudah goyah apabila diserang oleh pihak musuh Islam
8. Supaya dapat lari daripada menjadi pengkhianat terhadap perjuangan Islam
9. Supaya tahan dalam menerima ujian dan cabaran
10. Supaya sentiasa muhasabah diri dalam perjuangan
11. Sentiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah S.W.T
12. Supaya tidak mencampur-adukkan antara Islam dan jahiliah, iman dan kufur, dosa dan pahala, ibadat dan maksiat dalam perjuangan.

Benarlah sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Armarhum Dato’ Ustaz Haji Fadzil bin Muhammad Noor dalam bukunya itu mengenai serangan-serangan golongan yang memusuhi islam terhadap para pejuang agama yang tidak jemu-jemu berusaha untuk merosakkan akidah para pejuang. Perjuangan sang da’ie tidak akan terlepas dari hasutan-hasutan golongan yang bencikan islam. Antara cara-cara golongan yang bencikan islam gunakan untuk rosakkan akidah pejuang islam atau umat islam adalah dengan meletakkan kesenangan duniawi dihati para pejuang sehingga hilangnya rasa keikhlasan dalam berjuang(berjuang kerana habuan tertentu), disogokkan dengan hiburan-hiburan yang melalaikan sehingga lupa pada amanah dan tanggungjawab berdakwah, mewujudkan ideologi-ideologi baru yang mengucar-kacirkan kefahaman umat islam dan para juang serta mencampur adukkan islam dengan jahiliyah, iman dengan kufur, dosa dengan pahala, ibadat dengan maksiat dan sebagainya.




Antara sifat-sifat sang pejuang islam (da’ie), walaupun serangan dan penindasan oleh golongan yang bencikan islam ini datang dari segenap sudut sejak dari zaman Baginda s.a.w dan zaman sahabat-sahabat Baginda s.a.w lagi, namun keazaman Baginda s.a.w dan para sahabat tidak pernah luntur dan padam dalam menyampaikan risalah islam bahkan keizzahan islam tetap berterusan bersinar dan bercahaya terang sehingga kepada segenap pelusok dunia sehinggalah sekarang.

Allah s.w.t berfirman :

Dan tidak pula mereka menjadi lemah semangat lantaran apa yang mereka dertai dalam perjuangan fisabilillah, mereka tidak kehilangan harapan dan tidak pula berdiam diri. Dan (bahawa) Allah sayang kepada orang-orang yang sabar.
(Surah Ali-‘Imran : Ayat 146)

Perbuatan untuk meruntuhkan islam dari golongan yang memusuhi islam adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak mungkin berlaku.

Allah s.w.t berfirman :

Mereka hendak memadamkan Nur Allah dengan mulut mereka, namun Allah pasti menyempurnakan cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak suka.
(Surah Al-Saf : Ayat 8)

Daripada keterangan-keterangan di dalam Al-Quran sudah jelas menunjukkan kepada kita bahawa golongan yang memusuhi islam tidak akan berdiam diri selagi tidak dapat menghancurkan islam secara total, bahkan mereka tidak mungkin dapat hapuskan islam secara total. Ianya telah pun bermula dari zaman baginda s.a.w dan pada zaman sekarang juga kita dapat melihat akan kebenaran firman Allah s.w.t yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w sejak 1400 lebih tahun yang lalu mengenai halangan-halangan dan ujian yang akan melanda golongan yang akan memperjuangkan agama. Pelbagai usaha-usaha jahat yang telah mereka aturkan untuk menjatuhkan islam dan menyakiti pejuang-pejuang islam samaada dengan seksaan batin atau jasad. Tidak lupa juga pelbagai strategik-strategik berupa kospirasi jahat yang mereka aturkan adalah dengan bermatlamat menghancurkan pegangan agama remaja umat islam (pejuang islam) melalui serangan secara senyap (serangan berupa fikiran yang menghapuskan nilai Rabbani didalam minda remaja dengan menggantikan nilai Rasional yang terbatas disamping meratahi dan mengerumuni umat islam yang kian luntur pegangan agamanya).
Memang, pejuang islam akan menderitai jiwa dan perasaan tapi ianya akan subur kembali bahkan bertambah keyakinan mereka apabila lantunan ayat-ayat Allah s.w.t meresapi jiwa dan sanubari mereka.

Allah s.w.t berfirman yang bermaksud :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut “ALLAH”, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-NYa, bertambahlah imannya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(Surah Al-Anfal : Ayat 2)

Mereka akan tetap teguh dalam pendirian mereka dan mereka seharusnya bersedia untuk menghadapi kepahitan dalam medan juang. Manakala jika usaha dakwah yang dilakukan adalah dalam keadaan yang mudah dan bersenang-sengan sebaliknya seseorang itu harus lah bermuhasabah kembali kepada Allah s.w.t.

Firman Allah s.w.t di dalam Al-Quran yang bermaksud :

Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga padahal kamu belum mengalami apa yang telah dialami oleh manusia sebelum kamu. Mereka telah menderita kesusahan dan keperitan hingga bergegar (keimanan) mereka. Sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya tertanya-tanya : “Bilakah gerangan datangnya pertolongan Allah?” (Insaflah) bahkan pertolongan Allah itu hampir jua.

(Surah Al-Baqarah : Ayat 214)

Allah s.w.t berfirman lagi yang membawa maksud :

Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga padahal Allah belum mengetahui siapakah dari kamu yang berjihad dan siapa pula yang sabar. (Padahal) sebelum ini kamu pernah bertekad untuk berjuang (sebelum pertempuran). Kini setelah terluang kesempatan di hadapan, kamu masih teragak-agak. (Surah Ali-‘Imran : Ayat 142-143)

Keperluan akidah yang mantap sudah semestinya diperlukan untuk dijadikan pasak yang kukuh untuk terus istiqomah dalam perjuangan. Disamping itu juga ketabahan dan kesabaran juga mesti disuburkan kerana kebanyakkan halangan dan cabaran yang akan dihadapi bukan ujian yang main-main dan ujian yang ringan-ringan. Dan seharusnya ujian itu dihadapi dengan tenang dan dengan penuh kesabaran serta dengan perasaan berserah sepenuhnya kepada Allah s.w.t.

Khamis, 23 Disember 2010

Pengakhiran hayat Amar bin Thabit.



Assalamu'alaikum....

Alhamdulillah, bersua kita kembali dalam laman blog ku ini. Setinggi-tinggi kesyukuran kepada Allah s.w.t dengan limpahan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada kita selama ini.. Selawat dan salam keatas Baginda s.a.w kerana perjuangan Baginda s.a.w dapat membawa kita pada hari ni merai nikmat untuk bercinta dangan Allah s.w.t..

Sungguh indah dunia ini, Setaip hari ianya membawa kita kepada suasana yang baru, pengalaman yang baru dan juga membuka rahsia demi rahsia mengenai kehidupan kita sndiri. Tapi tidak lupa juga kepada penceritaan sejarah yang lampau yang serterusnya membawa kepada kita nasihat dan ikhtibar yang baik untuk kita jadikan sempadan dan peringatan.

Dalam aku tengah mengemas folder dalm laptop aku ini, entah dari mana datangnya aku terjumpa satu kisah yang menarik dan mungkin kisah ini sudah ramai diketahui oelh orang lain, tapi tak pelah aku nak kongsi jugak di blog aku nih. Dan maaf aku pohonkan kerana aku terlupa untuk copy sekali siapa yang mangadoptasikan cerita ini dalam alam maya ini. moga-moga kalian mendapat ganjaran yang baik dari sisi Allah s.w.t. Kisahnya adalah mengenai Seorang yang ajaib, yang langsung tidak solat macam kita, tdak puasa, bayar zakat dan sebagainya sebagai mana umat islam seharusnya buat, tetapi dia mendapat ganjaran syurga dari Allah s.w.t.. Aku harap kita semua dapat mengambil sesuatu dalam kisah ini.. selamat membaca (^_^)..

Suatu ketika tatkala Rasulullah S.A.W sedang bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki yang bernama Amar bin Thabit telah datang menemui baginda. Dia rupanya ingin masuk Islam dan akan ikut perang bersama Rasulullah S.A.W. Amar ini berasal dari Bani Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan mengikut kaumnya yang ramai itu. Keangkuhan jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu sudah pasti aku tidak akan mengikutnya." Demikian angkuhnya Amar.

Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing sendirian, hatinya sudah tertutup untuk menerima cahaya Islam yang terang benderang. Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju ke medan perang, dia segera menemui Nabi S.A.W, menyatakan dirinya akan masuk Islam malah akan ikut berperang bersama angkatan perang di bawah pimpinan Nabi S.A.W. Pedangnya yang tajam ikut dibawanya.
Nabi S.A.W menyambut kedatangan Amar dengan sangat gembira., tambah pula rela akan maju bersama Nabi Muhammad S.A.W. Tetapi orang ramai tidak mengetahui peristiwa aneh ini, kerana masing-masing sibuk menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan kaumnya juga tidak ramai mengetahui keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai mujahid di medan peperangan. Dalam perang Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai saatnya dia jatuh pengsan.

"Untuk apa ikut ke mari ya Amar !" Demikian tanya orang yang hairan melihatnya, sebab sangka mereka dia masih musyrik. Mereka kira Amar ini masih belum Islam lalu mengikut sahaja pada orang ramai. Dalam keadaan antara hidup dan mati itu Amar lalu berkata, "Aku sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke medan perang. Allah akan memberikan syahidah padaku dalam waktu yang tidak lama lagi."
Amar meninggal. Rohnya mengadap ke hadrat Illahi sebagai pahlawan syahid. Waktu hal ini diketahui Rasul S.A.W, maka baginda pun bersabda,, "Amar itu nanti akan berada dalam syurga nantinya." Dan kaum Muslimin pun mengetahui akhir hayat Amar dengan penuh takjub, sebab di luar dugaan mereka. Malah Abu Hurairah r.a sahabat yang banyak mengetahui hadith Nabi S.A.W berkata kaum Muslimin, "Cuba kamu kemukakan kepadaku seorang yang masuk syurga sedang dia tidak pernah bersyarat sekalipun juga terhadap Allah."

"Jika kamu tidak tahu orangnya." Kata Abu Hurairah r.a lagi, lalu ia pun menyambung, ujarnya, "Maka baiklah aku beritahukan, itulah dia Amar bin Thabit."

Demikianlah kisah seorang yang ajaib, masuk syurga demikian indahnya. Ia tidak pernah solat, puasa dan lain-lainnya seperti para sahabat yang lain, sebab dia belum memeluk Islam. Tiba-tiba melihat persiapan yang hebat itu, hatinya tergerak memeluk Islam sehingga ia menemui Nabi S.A.W . Ia menjadi Muslim, lalu maju ke medan perang, sebagai mujahid yang berani. Akhirnya tewas dia dengan mendapat syahadah iaitu pengakuan sebagai orang yang syahid. Mati membela agama Allah di medan perang. Maka syurgalah tempat bagi orang yang memiliki julukan syahid. Nabi S.A.W menjamin syurga bagi orang seperti Amar ini.

Bilamana keyakinan sudah berputik di jiwa sanubari,
Kecintaan merasuki hati dan berpeluh dengan pelukkan Rabbani,
Pergerakkan yang longlai menjadi kuat,
Pukulan derita menjadi Baja yang baik,
Kesyahidan menjadi pemangkin,
Bebanan Penyesalan berat bertukar tahajjud yang yang Ringan,
Bukti cintanya sang Makhluk pada yang Esa.

Kisah Ulamak dan Sultan Yang Adil



Pada suatu malam Sultan Harun Al-Rashid bersama-sama Al-Abas mengunjungi seorang ulamak Fudlail Iyadi di rumahnya. Tiba di hadapan rumahnya, baginda mendapati beliau sedang mengaji Al-Quran, dan kedengaran pada satu ayat yang bermaksud "Apakah orang yang beriman sama dengan orang yang derhaka? mereka tidak sama".

Sultan Harun Al-Rashid tunduk dan berkata kepada Al-Abas, "Andainya kita dapat mengambil hikmah dari ayat tadi, sungguh besar manfaatnya buat kita". Al-Abas mengangguk seolah merasa tersindir, bukan oleh ucapan sultan tadi, tetapi disebabkan bacaan oleh Fudlail Iyadil. Ia memanggil dengan suara yang amat keras. "Hai Fudlail, sultan datang untuk bertemu kamu, keluarlah engkau".

Ulamak yang warak itu menjawab dari dalam, "Apa sultan tidak tahu, apa yang seharusnya dilakukan oleh ulamak pada saat saat seperti sekarang, sehingga sultan sanggup bertemu di waktu malam?" Fudlail tidak mahu keluar, ia hanya membuka pintu, lalu duduk kembali di atas alas sembahyangnya dan memadamkan lampu. Didalam suasana gelap Fudlail tersentuh tangan sultan dan berkata "Alangkah halusnya tangan sultan di dalam gelap".

Sultan terasa tersindir, ia sedar memang selama ini kelembutannya seakan-akan hanya nampak di tempat gelap sahaja, pada saat orang lain tidak melihat apa-apa yang sebenarnya sering di lakukan di luar pengetahuan rakyatnya.

Ia gementar apalagi ketika Fudlail melanjutkan ucapannya."Sayang tangan sehalus ini belum tentu selamat dari api neraka". Fudlail melanjutkan ucapannya tanpa prasaan takut. "Hai raja, hendaklah engkau bersiap-siap apabila tiba masanya diminta dipertanggungjawabkan di hadapan Allah berserta rakyat yang kau pimpin.

Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahawa diantara mereka yang paling keras ditanya dalam pengadilan Allah adalah penguasa yang mengambil hanknya dari rakyat, tetapi dirinya tidak memberi manfaat kepada rakyat dan tidak sanggup melindungi mereka dari kezaliman atau aniaya iaitu raja yang dipatui oleh rakyat namun tidak memperlakukan sama antara yang kuat dengan yang lemah, tidak berlaku adil antara yang besar dengan yang kecil, serta kalau bercakap semahun-mahunya sendiri, hanya berdasarkan hawa nafsu belaka".

Mendengar perkataan Fudlail itu raja menangis tersedu-sedu, menyedari besarnya amanat yang harus di pikulnya dan alangkah dahsyatnya petaka yang akan menimpanya seandainya ia tidak dapat menunaikan kewajipan secara adil. Setelah melihat sultan bersedih hati, Al-Abas menegur dengan marahnya "Hai Fudlail, hentikan celotehmu! adakah engkau akan membunuh raja?".

Lantas sultan berkata "Wahai guru yang baik terimalah hadiah dari saya sebanyak seribu dinar yang dibawa oleh Al-Abas ini".
Cepat Fudlail memotong, "Tidak saya tidak mahu menerima hadiahmu kerana saya tahu wang tersebut bukan benar-benar milikmu, kembalikanlah seribu dinar itu kepada orang-orang yang telah engkau ambil darinya". Raja pun berdiri dengan perasaan kecewa, tetapi telah memperolehi peringatan yang berguna, Harun Al-Rashid lalu keluar meninggalkan Fudlail yang berapa lama kemudian telah kembali membaca Al-Quran dan melakukan mutalaah sehingga jauh malam.
Sumber: Harakah 18 Jamadulawal 1420

Kasihnya Allah s.w.t Kepada Wanita



Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah, Allah masih memberi kita nikmat berupa pertalian ukhuwah dikalangan kita serta nikmat iman dan islam.. Bukti Kasih Sayang-Nya juga, Allah s.w.t anugerahkan kita kesempatan masa untuk kita saling nasihat-menasihati sesama kita menerusi laman maya yang berupa Blog ini.. Tidak lupa juga selawat dan salam keatas Rasul junjungan besar kita Muhammad s.a.w...

Kali ini topik perkongsian kita adalah khusus mengenai wanita. Dimana banyak bukti kasih sayang Allah s.w.t curahkan khusus buat sang manusia yang bergelar wanita ini. Sebenarnya wanita seharusnya bersyukur atas kurniaan Allah s.w.t kepada kalian kerana kalian lah yang akan menjadi medium untuk menambahkan manusia yang akan beriman dan bertakwa kepada Allah s.a.w. Artikel ini sudah lama tersimpan dalam laptop aku. Entah dari mana aku dapat pn aku dah lupa.. Moga-moga perkongsian yang baik ini dapatlah kita sebar-sebarkan agar suburnya nur islam dengan tersebarnya nasihat-nasihat yang baik di kalangan kita semua. (^_^)

"Keistimewaan yang Tuhan berikan kepada wanita terlalu banyaknya". "Kasihnya Tuhan kepada wanita!" Itulah kata-kata yang paling mudah digunakan untuk menggambarkan 'layanan' istimewa terhadap wanita dalam Islam. Sesungguhnya, tidak akan ada mana-mana ajaran, ideologi, isme atau agama lain yang dapat melayan wanita dengan sebegitu baik sepertimana Islam melayan wanitanya. Malah, kalau bergabung pun kesemua wanita yang cerdik pandai, berharta dan berkuasa di seluruh dunia ini untuk menambah hak dan pengiktirafan buat mereka, mereka pasti tidak akan mencapai taraf kemuliaan serta layanan baik yang Allah SWT tawarkan buat seorang wanita di dalam Islam.

Namun, ramai wanita yang tidak memahami hal ini. Lantaran itu kebanyakan mereka tertipu oleh nafsu sendiri dan merasa terkongkong dengan amalan atau larangan tertentu yang digunakan ke atas wanita Islam seperti amalan menutup aurat, larangan bergaul bebas, poligami, larangan wanita menjadi pemimpin dan lain-lain lagi. Mereka cukup takut dan gerun dengan kesemua amalan atau larangan yang dianggap sangat menindas wanita. Walhal kalau dikaji setiap satu amalan atau larangan itu, mudah sahaja untuk melihat hikmah dan kebaikannya kepada kaum wanita itu sendiri.

Lalu kita melihat apa yang diperjuangkan oleh pejuang-pejuang hak wanita ialah mereka kalau boleh tidak mahu sebarang sekatan dikenakan ke atas mereka. Tentulah ini tidak munasabah. Sedangkan manusia sendiri banyak membuat peraturan-peraturan serta larangan itu dan ini, atas alasan hendak menjaga keselamatan diri atau masyarakat awam. Contohnya, dalam soal lalu-lintas, terlalu banyak peraturan dan larangan yang manusia buat seperti jangan memandu melebihi had laju, tidak boleh letak kereta di garisan kuning, mesti berhenti apabila ada isyarat lampu merah, mesti hidupkan lampu selepas pukul 7 malam dan berbagai-bagai lagi. Kalau dalam bidang sekecil ini pun perlu banyak peraturan dan larangan, sudah tentulah dalam bidang kehidupan lebih memerlukan lagi, dan lebih-lebih lagilah kalau skopnya itu jauh lebih luas iaitu untuk keselamatan dunia dan Akhirat.

Tuhan sebenarnya sangat kasih dan memuliakan kaum wanita. Segala suruhan dan larangan yang Tuhan kenakan ke atas kaum wanita tidak lain dan tidak bukan ialah untuk memastikan keselamatan dirinya dan masyarakat dan sekali-kali bukan untuk menyusahkan mereka. Tetapi, atas hujah dan alasan apa dakwaan ini dibuat? Mari kita lihat satu persatu pengiktirafan yang diberikan oleh Tuhan kepada wanita, sama ada setara langsung atau pun tidak.



i) Gelaran bagi `isteri' di dalam Al Quran

Perkataan yang Allah SWT gunakan di dalam Al Quran untuk menunjukkan suami atau isteri adalah perkataan yang sama, sedangkan dalam bahasa- bahasa lain, perkataan untuk suami dan perkataan untuk isteri menggunakan dua perkataan yang berbeza. Misalnya, dalam bahasa Inggeris, perkataan untuk suami ialah `husband' manakala perkataan untuk isteri ialah `wife'. Sementara dalam bahasa Perancis pula, perkataan untuk suami ialah `mari' manakala perkataan `femme' untuk isteri.

Tetapi di dalam Al Quran, suami dan isteri tidak disebut dua perkataan yang berbeza `zaujuh' dan `zaujati'. Hanya satu perkataan yang digunakan untuk kedua-duanya iaitu `zaujuh' yang bermakna `pasangan'. Islam melihat suami dan isteri adalah pasangan, penutup dan juga pelindung buat yang lain. Mereka dilihat sebagai sepasang, bukan berasingan. Sudah tentulah ini bermakna yang kaum lelaki di dalam Islam tidak dianggap lebih mulia daripada kaum wanitanya. Apabila kita mengatakan sepasang kaca mata, sepasang stokin atau sepasang baju, tentulah kita menganggap mereka setara dan tidak dapat dipisahkan di antara satu sama lain. Dan sudah tentulah kita tidak menganggap yang stokin kanan lebih hebat daripada stokin kiri atau kaca mata kanan lebih baik daripada kaca mata kiri. Begitulah tamsilannya sepasang suami isteri di dalam Islam seperti yang tercatat di dalam Al Quran.

Namun, gelaran zaujuh ini hanya diberikan kepada isteri yang sama beriman. Bagi isteri yang tidak beriman, mereka tidak disebut zaujuh. Contohnya, isteri Nabi Lut dan isteri Nabi Nuh. Di dalam Al Quran, mereka disebut 'imraah', kerana isteri sebegini tidak dianggap pelengkap, pelindung atau penutup kepada suaminya.

ii) Pembelaan Rasulullah SAW Terhadap Wanita

Rasulullah SAW ada banyak menyatakan Hadis-Hadis yang menunjukkan betapa wanita itu dimuliakan di dalam Islam. Antaranya:

a. "Syurga di bawah telapak kaki ibu." Apakah wanita tidak rasa mulia dengan Hadis ini? Mengapa Rasulullah SAW memilih perkataan "di bawah telapak kaki" dan bukan "di dalam tangan" atau "di sisi" seorang ibu? Sudah tentu ini sangat menggambarkan mulianya seorang wanita di dalam Islam. Seorang yang faham tentu akan sangat memandang mulia, menghormati, membela serta berlumba-lumba untuk berkhidmat dan meng'hamba'kan diri kepada ibunya (dengan syarat segala yang dibuat itu tidak melanggar syariat). Tidakkah beruntung menjadi seorang ibu di dalam Islam? Dia tidak akan terbiar dan dipinggirkan, malah akan sentiasa dibela, dihormati dan dimuliakan oleh anak-anaknya.

b. "Orang yang paling baik dari antara kamu itu ialah yang paling baik kepada isi rumahnya, dan aku ini orang yang paling baik dari antara kamu kepada isi rumahku."

c. "Tidak akan memuliakan perempuan-perempuan melainkan orang yang mulia, dan tidak menghina akan perempuan-perempuan melainkan orang yang hina."(Hadis riwayat Ibnu `Asakir)

d. "Bergaullah kamu dengan isteri-isteri kamu dengan cara yang sopan. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) kerana mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak."

e. "Janganlah seorang mukmin lelaki membenci kepada seorang
(isterinya yang) mukminah, kerana walaupun ada satu perangainya yang lelaki itu tidak suka, tetapi (tentu) ada lain perangainya yang ia suka."(Hadis riwayat Ahmad dan Muslim)

Demikianlah hak-hak istimewa seorang wanita yang diberi oleh Islam. Dalam satu masyarakat yang bertaqwa, kaum wanita tidak perlu bimbang yang mereka akan diperleceh, dipermain atau diperkotak-katikkan oleh kaum lelaki, sebaliknya mereka boleh yakin bahawa pihak lelaki akan sentiasa melindungi, menasihati, menegur dan membimbing mereka dengan ikhlas.

iii) Bahagian Tubuh Wanita Dianugerahkan Nama yang Mulia

Dalam tubuh wanita, ada satu bahagian yang diberi nana yang begitu mulia iaitu rahim. Perkataan ini diambil dari nama Tuhan, yang bermaksud `Maha Penyayang'. Sudah tentulah Tuhan tidak akan memberikan nama yang semulia ini kepada sesuatu yang hina di sisi- Nya. Sudah tentu Tuhan akan memilih sesuatu yang mulia juga untuk dianugerahkan nama yang begitu mulia. Tuhan tidak berikan nama yang semulia ini kepada bahagian tubuh lelaki tetapi Dia memberikannya kepada bahagian tubuh wanita. Rahim inilah yang merupakan penghubung kepada makhluk. Di dalam rahimlah, wanita menjaga ciptaanTuhan dan memberi makan kepada apa yang Tuhan ciptakan.

Kaum wanita sepatutnya merasa sangat malu kepada Tuhan kerana memberi penghargaan yang begitu tinggi kepada mereka. Siapa boleh nafikan kepentingan rahim untuk kewujudan manusia? Anugerah rahim kepada wanita sebenarnya sudah cukup untuk membuktikan akan mulianya wanita di sisi Tuhan.

iv) Diberi Pahala yang Berterusan

Wanita disebut `kurang dari sudut agama', tetapi ini bukan bermaksud yang wanita itu kurang dari sudut iman dan taqwanya. Mereka cuma kurang bersolat ketika datang haid dan nifas. Namun, oleh kerana di waktu-waktu lain mereka sentiasa bersolat, maka sepanjang waktu haid dan nifas itu, Tuhan tetap memberikan juga pahala solat sekiranya mereka dapat bersabar dengan keadaannya yang tidak selesa itu.

Bayangkan seorang wanita yang baru melahirkan anak. Sudahlah digugurkan dosa-dosanya seperti seorang bayi yang baru lahir, diberikan pula pahala solat percuma sepanjang dia dalam keadaan nifas. Dan kalau dia sabar menyusu, memelihara dan melayan kerenah anaknya pula, makin banyaknya pahala yang Tuhan sediakan untuknya.

Aduh! Maha Pemurahnya Tuhan kepada wanita. Maha Baiknya Tuhan kepada golongan yang sering dianggap lemah dan terpinggir ini! Kalaulah wanita-wanita pejuang hak asasi itu tahu begini sekali ganjaran- ganjaran yang Tuhan berikan kepada seorang wanita mukminah, pastilah mereka akan meninggalkan perjuangan mereka. Tidak ada apa-apa lagi hak yang perlu diperjuangkan oleh seorang wanita mukminah. Yang Tuhan tawarkan itu pun sudah terlampau banyaknya.

Rabu, 22 Disember 2010

Awak Sudi Menjadi Isteri Kedua Saya?




Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah, masih diberi oleh Allah s.w.t kesempatan untuk kita berkongsi sesuatu dalam laman blog ku ini.. sebelum tu, marilah kita sama-sama berselawat keatas Nabi junjungan besar kita Muhammad s.a.w, kerana dengan perjuangan Baginda s.a.w yang dahulu telah memberi nikmat kepada kita yang berada pada hari ini.. nikmat tersebut adalah nikmat Iman dan Islam..

Sebenarnya, perkongsian hari ini adalah sebuah cerita yang menarik.. Cerita ini aku jumpa dalam laman web dan harap cerita ini boleh memberi sesuatu buat diri kita sendiri.. Amin.

Taujihat buat Teman-teman Seperjuanganku Yang Muslimin (Sama ada yang belum berkahwin atau belum berkahwin lagi.) Cerita ini juga ana tujukan khas buat Muslimat-muslimat kita... Ini satu cerita perjuangan. Sebuah pengorbanan... Sesungguhnya berkorban perasaan merupakan satu jihad!

P/s. Terbayang-bayang lagu Cita-citaku!!

Tajuk: "Awak Sudi Jadi Isteri Kedua Saya?"

"Awak sudi jadi isteri kedua saya?" tanya Fikri tegas dan yakin.
Tiba-tiba mata Fulanah merah, air mata mula bergelinang di kelopak bawah.

"Tak sangka awak sudah beristeri! Awak jahat! Sanggup mempermainkan hati saya. Awak ingat saya tiada maruah? Hah!" pekik Fulanah dengan suara tersekat-sekat.

Mata Fikri liar melihat kiri kanan, mungkin ada sesiapa yang
memandang perlakuan dia dan Fulanah. Bukan takutkan pandangan manusia, tetapi lagak Fulanah langsung tidak selari dengan penampilannya.

"Saya ingat kita lama berkawan, awak masih bujang. Tapi rupa-rupanya Fulanah mula sebak.

"Tak. Maksud saya"

"Sudah! Jangan bermulut manis lagi. Cukup!" potong Fulanah dengan kasar.

"Awak nampak macam alim, tapi sanggup menipu saya. Dan awak sanggup melamar saya menjadi isteri kedua awak. Awak ingat saya ni siapa?" suara Fulanah semakin tinggi, setinggi egonya.

Fikri diam seribu bahasa. Dia sudah tahu `Fulanah' di sebalik Fulanah yang dia kenal selama ini.

Fulanah bergegas dari situ sambil mengelap air mata dengan tudung labuhnya berwarna kuning. Dalam hatinya, Fikri seolah-olah menghinanya apabila memujuknya untuk bermadu.

Fikri muram. Namun masih terselit kekecewaan di sudut hatinya. Kekasih hatinya belum bersedia rupa-rupanya.

"Ada hikmah," bisik hati kecil Fikri, sekecil pandangannya terhadap Fulanah.

Hujung minggu berjalan seperti biasa. Program-program dakwah menyibukkan jadual Fikri sebagai seorang muslim yang beramal dengan apa yang diyakininya. Duitnya banyak dihabiskan untuk memenuhi tuntutan dakwah yang seringkali memerlukan pengorbanan yang tidak berbelah bahagi. Namun, hatinya tegas dan yakin bahawa inilah jalannya. Jalan yang membawa dia menemui Tuhannya dengan hati yang tenang serta bahagia di hari kelak.

Keyakinan serta keaktifan Fikri berdakwah sedikit sebanyak memenangi hati gadis-gadis dalam jemaahnya. Malah, Fikri dilihat sebagai calon suami yang bakal memandu keluarganya nanti ke arah memperjuangkan agamayang dianutinya sejak sekian lama. Sudah terlalu ramai muslimah yang menaruh hati padanya, namun, Fulanah terlebih dahulu rapat dan memenangi hati Fikri. Bagi Fulanah, Fikri seperti pelengkap kepada
dirinya. Namun, hanya sehingga saat Fikri melamarnya menjadi isteri kedua.

Fikri masih lagi aktif dalam dakwah meskipun hubungannya dengan Fulanah nampak seperti tiada jalan penyelesaian. Dia mahu berbaik dengan Fulanah, namun sikap Fulanah yang keras dan kurang memahami erti dakwah membantutkan usaha Fikri tersebut. Bagi Fulanah, Fikri tak ubah seperti lelaki lain.

Gerak kerja dakwah Fikri berjalan seperti biasa. Siangnya ke hulu ke hilir memenuhi program serta amal jariah kepada masyarakat. Malamnya sibuk dengan mesyuarat dengan sahabat-sahabat seangkatannya.



Fikri semakin percaya jalan dakwahnya, sama sekali dia tidak akan berganjak dari jalan ini hatta datang ancaman sebesar gunung sekalipun. Dia terlalu matang, jauh sekali daripada pemikiran pendakwah lain yang semudanya. Namun, Allah s.w.t. Maha Mengetahui lagi Maha Pemurah. Sekali lagi Dia menghantar seorang perempuan bagi menguji Fikri sama ada dia menjadi pemangkin atau perencat bagi dakwah Fikri.

Suatu petang dalam suatu program dakwah di sebuah madrasah, Fikri dikejutkan dengan luahan ikhlas dari sahabat lamanya, Nusaibah. Fikri sekali lagi gusar takut-takut Nusaibah tidak dapat menjadi sayap kiri perjuangannya selepas berumahtangga nanti. Isteri pertamanya sudah pasti membawa Fikri menemui Tuhannya, namun, Nusaibah yang kurang dikenalinya adakah sama seperti Fulanah atau tidak?

Fikri bercelaru, tetapi tidak bermakna lamaran Nusaibah ditolak. Dia meminta sedikit masa untuk memikirkan keputusan tersebut. Setelah merisik pemikiran Nusaibah daripada beberapa sahabat terdekatnya, Fikri berjumpa dengan Nusaibah bertemankan sahabat baiknya. Dengan
tegas dan yakin, sekali lagi Fikri mengulangi soalan yang pernah ditanya kepada Fulanah.

"Awak sudi jadi isteri kedua saya?" tanya Fikri tanpa segan silu.
"Sudi," jawab Nusaibah ringkas.
"Er, betul ke ni?" tergagap Fikri menerima jawapan Nusaibah yang tenang dan yakin.

Nusaibah mengangguk kepalanya sedikit. Langsung tiada rasa takut mahupun kecewa apabila lamaran sebagai isteri kedua yang dilafazkan oleh Fikri.

"Kenapa saya?" tanya Fikri ingin tahu.
"Saya ingin membantu gerak kerja dakwah awak," jawab Nusaibah yakin tetapi sedikit malu.
"Baiklah," jawab Fikri tersenyum.

Akhirnya, Fikri dikurniakan sayap kiri yang sangat membantu dalam gerak kerja dakwahnya selama ini. Setelah seminggu mendirikan rumahtangga bersama Nusaibah, Fikri terasa dakwahnya semakin laju.

Jadualnya senang, pakaiannya dijaga, makannya disedia. Malah, Nusaibah sangat membantu gerak kerja Fikri semampu mungkin. Setiap kali turun ke lapangan untuk berdakwah, Fikri membawaNusaibah untuk membantu kerja dakwah seadanya.

Kadang-kala letih menyinggah Nusaibah. Suaminya terlalu kerap keluar berdakwah, seperti mesin yang tiada hayat. Namun, inilah yang dia yakini sebelum berkahwin dengan Fikri. Membantu suami melancarkan gerak kerja dakwah. Nusaibah juga berjaga-jaga takut dirinya pula yang menjadi pembantut atau penghalang dakwah suaminya.

"Abang, saya nak tanya boleh?" sapa Nusaibah dalam kereta sewaktu dalam perjalanan ke sebuah program dakwah.
"Ye sayang?" jawab Fikri sambil memandu.
"Abang tak pernah pun bawa saya jumpa isteri pertama abang,"luah Nusaibah yang sangat teringin berjumpa dengan madunya.
"Dah sampai sana nanti, kita akan jumpa," Fikri menoleh sedikit ke arah Nusaibah, sambil tersenyum.
"Yeke? Dia datang program tu rupanya," jawab Nusaibah riang.

Hatinya berdebar ingin berjumpa madunya yang banyak membantu Fikri dalam gerak kerja dakwah. Di sudut kecil Nusaibah, dia merendah diri keranausahanya membantu dakwah suaminya hanya sedikit berbanding dengan isteri pertama Fikri yang banyak membantu selama ini. Tidak
hairanlah Fikri aktif dalam dakwah sebelum ini.

"Kita dah sampai," Fikri membuka pintu keretanya sambil memegang beg berisi fail di tangannya. Fikri berdiri, mengadap ke arah sebuah khemah di hadapan masjid, lalu menoleh ke arah Nusaibah yang berdiri di sebelah kiri kereta.

"Itu isteri pertama abang," Fikri menuding jari ke arah khemah
tersebut.
"Mana bang?" Nusaibah mengecilkan matanya, fokusnya mencari arah jari Fikri.
"Tak nampak pun," Nusaibah meninggikan sedikit hadapan kakinya.
"Siapa nama isteri pertama abang?" Nusaibah sangat berdebar.
Fikri tersenyum lebar, memandang Nusaibah penuh tenang.

"Perjuangan!!" jawab Fikri.

SEDARLAH SEMUA KALIAN AKAN DIMADUKAN!

JIKA DIRIMU BAKAL SEORANG ISTERI
TERIMALAH KENYATAAN BAHAWA ANDA AKAN DIMADUKAN, BAHKAN ANDA BUKAN
ISTERI PERTAMA YANG BAKAL DIKAHWINI TETAPI ANDA ADALAH BAKAL ISTERI KEDUA!!!

KERANA ISTERI PERTAMA BAGI SUAMIMU IALAH PERJUANGAN ISLAM!!!
PERKAHWINAN INI TELAH LAMA DILANGSUNGKAN KEHADIRAN DIRIMU ADALAH UNTUK BERSAMA BERGANDING BAHU MEMPERJUANG KAN ISLAM BUKAN MENJADI BATU PENGHALANG PERJUANGAN SUAMIMU!

JANGANLAH JADIKAN DIRIMU SEBAGAI PUNCA SERTA MERENDAHKAN HARGA DIRIMU DENGAN TERJADINYA PERCERAIAN SUAMIMU DENGAN ISTERINYA YANG
PERTAMA IAITU PERJUANGAN ISLAM!

JIKA DIRIMU BAKAL SEORANG SUAMI TERIMALAH HAKIKAT BAHAWA ANDA BUKANLAH SUAMI YANG PERTAMA YANG BAKAL DINIKAHINYA ATAU INSAN YANG PERTAMA YANG DICINTAI DAN DISAYANGI OLEH BAKAL ISTERIMU!!!

BAHKAN DIRIMU ADALAH INSAN YANG KEDUA YANG
DICINTAINYA, KERANA SUAMI YANG PERTAMA BAGINYA IALAH PERJUANGAN ISLAM DAN MEMARTABATKANNYA!

DIA MENCINTAIMU KERANA DIRIMU MENCINTAI ISLAM DAN MEMPERJUANGKAN ISLAM. JIKA DIRIMU TIDAK SEDEMIKIAN, SEKELUMIT CINTA PUN TIDAK AKAN
LAHIR DALAM SANUBARI ISTERIMU!

BANTULAH ISTERIMU DAN KUATKANLAH DIA UNTUK TERUSKAN PERJUANGAN!!!